#2 Agar Jadi WorkingMoms yang Tetap Waras
#1 Jangan "Gagal" Mendidik Anak Laki-Laki
Lalu, Kenapa Kalau Aku Lahiran Sesar?
![]() |
Dokumentasi Pribadi |
Masih banyak yang selalu membandingkan dan menjurus pada sebuah pernyataan bahwa Mama yang melahirkan sesar itu belum menjadi perempuan yang seutuhnya. Halow? Coba lihat wajah aku dan kalian semua harus minta maaf. Kenapa harus minta maaf? Karena pernyataan itu sudah melukai ribuan bahkan jutaan Mama-Mama keren di dunia ini yang sudah berjuang melahirkan anaknya dengan cara operasi sesar.
Lalu, kenapa kalau aku lahiran sesar? Apa kontribusi kalian dalam kehidupanku ketika menganggap bahwa aku gagal menjadi perempuan seutuhnya karena melahirkan sesar? Jelas tidak ada kan? Lalu, kenapa sibuk memikirkan kehidupanku dan Mama lainnya yang memutuskan untuk melahirkan secara sesar?
Sering kali aku mendengar cerita bahwa Mama yang baru melahirkan mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, bahkan dari keluarga sendiri ketika mereka melahirkan sesar. Jelas, menurutku ini adalah sebuah perilaku yang salah. Hal tersebut tentu akan melukai hati Mama yang baru saja berjuang untuk melahirkan sang anak.
Untuk kalian yang masih menganggap bahwa Mama yang melahirkan sesar belum menjadi perempuan seutuhnya, kalian tidak pernah tahu persis apa yang sebenarnya terjadi, lalu kalian memberikan asumsi seolah-olah menjadi yang paling tahu, setelah itu judge kami karena kalian berhasil melahirkan secara normal sedangkan kami tidak.
Mari kita sama-sama introspeksi, siapa sih yang tidak ingin melahirkan secara normal? Jelas, lahiran normal jauh lebih murah, kan? Ya betul! Itu pula yang menjadi alasan kenapa aku ingin melahirkan secara normal, tapi ada satu atau dua kondisi yang menyebabkan seorang Mama harus melahirkan secara sesar, dan aku yakin keputusan tersebut sudah berdasarkan hasil pikiran yang matang, benar tidak?
Beberapa dari kita boleh berbangga karena berhasil melahirkan secara normal, cukup itu saja, jangan ditambahkan dengan merendahkan Mama yang lain yang melahirkan secara sesar. Sungguh, bagiku tidak pernah ada yang salah atas keputusan akan hal tersebut. Yang salah adalah mereka yang menggunakan mulutnya untuk menjelek-jelekkan, merendahkan dengan jahatnya bahwa Mama yang melahirkan dengan cara sesar belum menjadi perempuan seutuhnya.
Perkara soal resiko, baik itu normal maupun sesar sama-sama memiliki resiko. Kalian pikir perut disayat berkali-kali itu tidak menimbulkan sakit? Tidak! Iya ketika obat bius masih ada, tapi ketika obat bius perlahan mulai hilang, rasa sakit itu membuat Mama terpaksa membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk beristirahat terlebih dahulu.
Sementara, Mama harus segera belajar bergerak ke kanan kiri karena bayi harus segera disusui. Keesokan harinya ketika selang keteter udah dicabut, Mama harus belajar berdiri agar bisa BAK di kamar mandi. Rasanya gimana? Ngilu! Sumpah ngilu dan enggak bohong.
Jadi, buat kalian yang di dalam pikirannya masih terpatri bahwa Mama yang lahiran normal sempurna sedangkan sesar tidak sempurna, sungguh kalian jahat! Kenapa jahat? Karena sangat tidak berhak bagi kalian untuk membandingkan sebuah proses yang sama-sama berjuang bertaruh nyawa untuk melahirkan.
Lalu, masih ada juga Mama yang berhasil melahirkan normal, yaa kalian boleh berbangga, tapi cukup berbangga saja jangan sampai ada kalimat tambahan yang menjurus bahwa kami yang melahirkan secara sesar belum menjadi perempuan yang seutuhnya.
Marilah untuk saling menghargai, melihat dari berbagai sisi dan juga melihat dengan pikiran terbuka sebuah konsep tentang cara melahirkan itu sendiri. Dengan cara apapun seorang anak lahir ke dunia tentu hal tersebut adalah sebuah bahagia bagi kedua orangtuanya. Perkara soal mempertaruhkan jiwa dan raga memang itu sudah menjadi bagian seorang Mama, dengan cara apa pun Mama melahirkan buah hati ke dunianya, itu adalah cara terbaik yang sudah menjadi ketetapan-Nya.
Via Mardiana/29 November 2020
Aku Menikah Bukan dengan Orang Kaya
"Capek rasanya! Kalau lihat orang lain, engga perlu tuh capek-capek kerja. Tinggal nunggu suaminya gajian dapet deh uang buat beli tas mahal, baju branded, makanan kesukaan, dll. Ah, seandainya gue nikah sama orang kaya!"
"Lelah rasanya, orang lain dibantu sama istri buat menopang perekonomian keluarga. Ini, gue sendiri yang harus pontang panting. Memang ini tanggung jawab gue sih sebagai suami, tapi kan kalau istri gue juga kerja gue enggak akan secapek ini. Seandainya gue nikah sama orang kaya!"
Pertanyaannya! Apakah jika kamu menikah dengan orang kaya, kamu mau apa? Mau beli jet pribadi? Mau beli cincin berlian? Ups, engga nyambung ya. Eh tapi ini seriusan, kalau kamu menikah dengan orang kaya, kamu mau apa?
Aku menikah bukan dengan orang kaya! Tampaknya kalimat ini bisa jadi seperti sedang merendahkan pasangan kita atau bisa juga seperti ungkapan kecewa karena sudah menikah dengan orang biasa saja, bukan dengan orang kaya. Benar tidak? Apa aku salah? Oke, lanjutkan membaca!
Kamu melihat temanmu di usia 26 tahun sudah punya rumah sendiri, rumahnya 2 tingkat, ada garasi yang luas dan cukup untuk 2 mobil. Lalu, di dalam rumahnya ada ruang tamu dan ruang keluarga yang berbeda. Ada lahan luas dibelakang rumah yang bisa dijadikan tempat untuk bersantai di hari libur.
Lalu, kamu bandingkan dengan kehidupanmu sekarang. Rumah masih ngontrak, ya ada mobil, tapi masih mobil jadul, masih untung bisa jalan, sehingga kamu gak harus kepanasan atau kehujanan. Kalau ada tamu blas masuk ke ruang keluarga, karena engga punya ruang tamu, dari sana bisa keliatan lokasi kamar mandi kamu, dapur kamu, dan kalau lupa nutup pintu, tamu bisa lihat isi kamar kamu. Jangankan lahan luas di belakang, buat jemur baju aja susah.
Kalau kamu sadar, barangkali kamu memang sering membandingkan kehidupanmu dengan orang lain. Ya, seperti dengan Nia Ramadani atau Momo Geisha yang setelah menikah dengan pengusaha kaya, kekayaannya berlimpah ruah, sepertinya mau apa saja bisa, engga perlu pusing soal uang karena udah ada banyak. Bener gak? Ya, enggak apa-apa kok, sesekali membandingkan kehidupan kita untuk dijadikan referensi tidak masalah.
Toh yang jadi masalah adalah karena keterusan ngebandingin jadi lupa tuh sama tugas buat growing up diri sendiri. Itu kan yang bahaya? Ya kan? Nah, sekarang banyak sekali pasangan muda yang menyerah di awal pernikahan karena ternyata pasangan yang diharapkan bisa memberikan apapun tidak bisa diharapkan. Ya, kalau satu doang yang capek susah. Mau bahagia bersama? Ya berjuang berdua dong, jangan cuma istrinya aja atau suaminya aja.
Ada banyak hal sederhana yang selalu lupa kita syukuri. Kadang, kita terlalu melihat ke atas hingga sering kali tersandung dan akhirnya terjatuh. Lalu, setelah terjatuh bukan introspeksi diri tapi menyalahkan keadaan. Kadang kita angkuh tidak mau disebut punya mental pengecut, iya kan? Kalau lagi pusing sama kerjaan, nyalahin pasangan yang enggak kerja, nyalahin pasangan yang katanya engga ngertiin kalau lagi pusing. Bener gak nih? Jawab dulu!
Jangan munafik deh, kita semua butuh uang kok buat hidup. Kita semua pengen kok jadi orang kaya, ya kan? ya kalau mau usaha dong! Ingat ya, nikah bukan solusi jitu untuk menjadi tiba-tiba kaya ya. Iya sih, ini memang terjadi pada beberapa orang di dunia ini. Tapi, poin pentingnya adalah "USAHA"! Kalau enggak usaha ya mana bisa.
Sekarang kalau konteksnya sudah menikah gimana? Aku tahu pasti sebelum menikah kalian sudah tahu lah bagaimana keuangan pasangan kalian. Ingat ya, keuangan pasangan kalian, bukan keuangan keluarganya. Kecuali kalian udah tahu tuh kekayaan keluarganya akan ngucur 100% ke pasangan kalian. Haha.
Aku menikah bukan dengan orang kaya! Ya, tidak apa-apa toh jalan masih panjang dan kalian masih bisa banyak melakukan hal untuk menciptakan cuan. Setuju? Ya kalau kerjanya cuma ngandelin salah satu susah broh/sist! Kalian harus kerja sama. Jangan si istri doang yang capek, atau si suami doang yang capek. Hal kayak gini kalau engga di manage dengan baik ya, dijamin deh bakal bikin masing-masing sudah berkorban banyak tapi engga dihargai sama pasangannya yang akhirnya menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Jangan sampai ya!
Yah, kalau kalian sekarang menikah bukan dengan orang kaya, ya enggak apa-apa, kan sudah menikah? Memang bisa tiba-tiba engga jadi? Kan engga mungkin. Tapi, kalau kalian punya pasangan yang mau diajak growing up bersama, itu yang bakal jadi awal mula "si kaya" itu ada. Kalau kamu nikah sama orang kaya, tapi kamu engga bisa mengelola keuangan, ya ambyar!
Kalau kamu sekarang menikah bukan dengan orang kaya, tenang, kalian bisa growing up bareng. Memulai dari nol bersama-sama, membuat bisnis yang membuat kehidupan keluarga kecil kalian lebih "bersinar". Jangan patah sebelum berjuang. Banyak kok pasangan-pasangan yang dulunya have nothing jadi have everything, itu semua dijalani dengan usaha yang keras dan juga cerdas. Dua-duanya mau fight buat mewujudkan cita-cita bersama.
Tulisan ini aku dedikasikan untuk pasangan-pasangan muda yang sedang berjuang untuk sebuah kebebasan financial. Guys, dont worry setiap orang memiliki kesempatan yang sama tinggal kita lebih keras dalam berusaha. Habis baca ini jangan lupa cium istri atau suami kamu ya, lalu bilang, "Sayang, ayo kita berusaha, biar nanti calon menantu kita bisa bilang AKU MENIKAH DENGAN ORANG KAYA" hehehe.
Salam,
Via Mardiana/06112020
Ini Caraku Bangkit dari Baby Blues
![]() |
Dokumentasi Pribadi |
Merasa lelah, sedih, dan khawatir merupakan gejala baby blues syndrome yang banyak dialami ibu setelah melahirkan. Sindrom ini tergolong ringan, jika dibandingkan dengan depresi pasca melahirkan (postpartum depression) yang juga dapat mengancam ibu setelah melahirkan.(Sumber : alodokter)
Cerita Persalinan : Welcome, Guan Alsava Ganapatih!
![]() |
Dokumentasi Pribadi |
Hari sabtu, tanggal 18 Juli 2020 adalah jadwal kontrol rutin mingguan karena sudah lewat dari 36 weeks. Tidak ada yang berbeda hanya penasaran saja usia kandungan sudah 38 weeks tapi tak kunjung juga rasa mules datang menghampiri.
Selain melakukan usaha-usaha seperti jalan kaki, main gymball, berhubungan suami-istri, aku pun mencoba mengajak ngobrol bayiku saat itu. Intinya, mau dengan cara apapun aku siap bertemu denganmu, kataku. Sama halnya dengan suami yang berkata, "Apapun caranya kamu harus siap, mau normal atau sesar,".
Menunggu antrian aku dan suami masih sempat main PUBG di rumah sakit, maklum saja, antriannya bisa sampai 2 jam karena banyaknya pasien. Tiba saatnya aku diperiksa, dokter Stella yang ramah mempersilahkan aku ke ruang periksa untuk di USG.
"Ketubannya mulai berkurang, dan warnanya sedikit keruh, kamu CTG ya," kata dokter.
"Deg," sejujurnya aku deg-degan.
Aku dirujuk ke ruangan bersalin untuk dilakukan CTG. CTG adalah alat yang digunakan untuk memantau aktivitas dan denyut jantung janin serta kontraksi rahim saat bayi di dalam kandungan. Melalui pemeriksaan ini dokter dapat mengevaluasi apakah kondisi janin sehat sebelum dan selama persalinan. (Sumber : alodokter.com).
Menunggu sekitar 1 jam, hasil CTG keluar dan suster langsung memberikannya ke dokter di ruangan. Dokter menginformasikan bahwa kondisi janin dalam keadaan baik sehingga tidak perlu dilakukan tindakan sekarang. Aku diberikan waktu sampai hari rabu tanggal 22 Juli 2020, semoga saja sudah ada rasa mulas dan bisa segera bersalin.
Seperti biasa dalam rentang waktu dari Sabtu menuju ke Rabu aku dan suami melakukan usaha-usaha untuk merancang kontraksi rahim, seperti jalan kaki, main gym ball, dll. Sampai aku merasa badanku sakit-sakit, akhirnya suatu malam suamiku kembali berkata, "Apapun caranya kamu harus siap,". Honestly aku ketakutan jika harus sesar, sumpah! Wajahku benar-benar tidak bisa menyembunyikan kegelisahan yang aku rasakan. Berulang kali suamiku menyemangati, "Harusnya kita senang karena sebentar lagi akan ketemu sama Babang,".
Senin sore, ketika aku selesai BAK tiba-tiba ada air yang keluar dari vagina, karena panik langsung aku lap dengan daster. Aku khawatir ini air ketuban yang keluar, mau mengamati warnanya pun susah, aku mencoba mencium baunya dan tidak berbau. Lalu konsultasi ke dokter Stella, menurut beliau jika tidak terus-terusan tidak masalah.
Selasa malam, aku belum juga merasakan rasa mulas. Sebelum tidur aku berkata pada suamiku,
"Yang, kayaknya aku sesar deh," . Suamiku menjawab, "Iya sepertinya, feelingku begitu,".
Sejujurnya, 3 hari itu aku sama sekali tidak bisa tidur nyenyak. Selain karena perut yang sudah sangat besar, pikiran yang tidak tenang pun membuat aku kesulitan untuk tertidur.
Rabu, tanggal 22 Juli 2020. Aku kembali ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan terhadap kandunganku, tentunya dengan kondisi yang belum mules juga. Tak lama kemudian, aku sudah berada di ruangan dokter dan pertanyaan pertama yang dokter tanyakan adalah, "Belum mules juga ya?", "Iya dok," jawabku. Lalu, dokter melakukan USG terhadap kandunganku.
Hasilnya, kepala bayi belum masuk panggul juga, lalu air ketuban sudah semakin berkurang, kalau tidak salah indeks nya waktu 7,2 jika sudah ada diangka 6 mau tidak mau harus langsung tindakan. Perihal kondisi air ketuban yang keruh memang kondisinya tidak berubah dari terakhir kontrol.
"Kalaupun diinduksi peluangnya hanya sekitar 30%,"
Jadi aku dan suami sempat bertanya bagaimana kalau mengusahakan untuk persalinan normal. Dokter mengatakan bahwa jika diinduksi pun peluangnya hanya 30% artinya ujung-ujungnya aku harus disesar juga dan itu istilahnya sakitnya akan dua kali.
Sejujurnya saat itu aku ketakutan karena banyak cerita orang habis melahirkan malah komplikasi dan lain-lain, tapi ada yang lebih aku perhatikan yakni kondisi bayiku, bener ya naluri seorang Mama, Mama akan melakukan apapun untuk kebaikan anaknya.
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya aku dan suami memutuskan bahwa persalinan kali ini akan dilakukan secara sesar. Tampaknya dokter pun melihat kepanikan yang terpancar dari wajahku, lalu beliau mengajak bercerita ngalor-ngidul agar aku tetap tenang.
"Dok, sakit gak sih?" pertanyaan polos itu keluar dari mulutku.
Dokter tersenyum dan berkata, "Aku udah baca kamu panik ya? Tenang aja, nanti diruang operasi banyak orang kok kamu engga sendirian, palingan yang sedikit tegang itu pas disuntiknya aja,". Ya gimanapun seumur hidup baru kali ini aku akan dioperasi jadi wajar kalau aku jiper.
Aku singkat ya ceritanya hehe.
Pas tanggal 24 Juli 2020. Malam harinya aku dan suami memastikan barang-barang yang akan dibawa ke rumah sakit (bahasan mengenai barang yang wajib dibawa ke rumah sakit akan aku bahas terpisah ya) agar tidak ketinggalan.
Oya, ketika akan operasi sesar ada hal-hal yang harus diperhatikan ya, misalnya aku akan dioperasi jam 13.30, makan berat aku terakhir adalah jam 7 pagi dan minum terakhir aku jam 8 pagi. Honestly makin mendekati waktu tindakan aku makin deg-degan.
Jam 8 pagi aku dan suami berangkat ke rumah sakit. Membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di RS Mitra Kelapa Gading dari kediaman kami. Selanjutnya, kami menemui counter rawat inap untuk mengurus administrasi. Setelah selesai urusan administrasi, aku dan suami melakukan rapid test sebagai syarat utama untuk melahirkan di rumah sakit ini.
Jadi, aku dan suami menunggu hasil rapid sekitar 2 jam sambil deg-degan engga karuan. Tadinya mau balik ke apartemen lagi, tapi dipikir-pikir sayang banget udah kesini, yaudah akhirnya kita nunggu di mobil ampir 2 jam. Karena merasa lama, akhirnya aku dan suami coba tanya ke bagian Lab dan ternyata hasil udah ada dari tadi dong :(.
Abis dapat hasil rapid kita langsung ke lantai 2 ruang bersalin. Lalu, aku kembali di CTG dan mempersiapkan operasi seperti suntik ini itu, honestly udah engga fokus disuntik apa aja saat itu karena aku tegang beneran. Suami datang ke ruangan pas aku CTG, masa dia coba menenangkan aku tapi muka dia sendiri panik hhaha. Selesai di suntik, aku diarahkan ke ruang perawatan. Disana aku bener-bener makin tegang, engga bisa jauh dari suami, pokoknya pegangan terus.
"Kok kayak lama banget ya yang?" kataku.
Kata suami aku harus semangat karena sebentar lagi bakal ketemu anak kita. Disisi lain aku ketakutan karena akan dioperasi which is ini first time buat aku, tapi disisi lain bahagia karena bakal ketemu sama anakku. Tiba-tiba suster datang ke ruangan kami dan memberikan baju operasi.
Setelah mengganti baju, aku tinggal menunggu suster datang saja untuk diantarkan ke ruangan operasi. Tak lama kemudian, sekitar jam 13.20 dua orang suster datang dan mengatakan waktunya aku dioperasi, aku lihat muka suamiku semakin tegang hahaha. Selama didorong ke ruang operasi aku beneran pegang tangan suami aku dan rasanya sedih pas mau masuk ruang operasi karena suami enggak boleh ikut ke dalam.
Aku masuk ke ruang operasi, lalu dihampiri oleh seorang petugas laki-laki yang sangat ramah. Aku masih bisa tanya-tanya ke beliau dan yang membuat aku tenang salah satunya, "Ibu tenang ya, nanti kalau ada apa-apa ibu bilang sama saya,".
Lalu, aku dibawa masuk ke ruang tindakan. Dingin euy! Sumpah aku panik banget dan saat itu udah beneran pasrah sama Tuhan apa yang akan terjadi. Beruntung sekali punya dokter yang tenang banget, beliau mencoba menenangkan aku saat kondisi seperti itu. Katanya, sesar itu engga sakit, paling sakitnya pas suntik anestesi dan pas pengaruh anestesinya abis haha. Tapi alhamdulillah banget loh, aku enggak merasakan sakit sama sekali ketika disuntik, padahal kata temanku itu bagian yang paling sakit. Oya, yang dokter anestesinya bapaknya Afgan Syahreza ternyata haha.
Abis itu, aku merasakan kakiku kesemutan. Aku disuruh untuk angkat kaki, tapi ternyata udah enggak kerasa. Lalu, dokter mulai melakukan tindakan, aku merasakan kantuk yang luar biasa tapi aku tetap terjaga. Demi Tuhan aku enggak merasakan apa-apa ketika dokter menyayat kulit perutku.
Lalu, seorang perawat bilang, "Bu nanti saya pegang perut ibu ya buat bantu dorong bayinya,". Aku mengangguk saja karena rasa kantuk yang luar biasa. Lalu, tiba-tiba sebuah suara tangis bayi yang melengking mengisi ruangan tersebut.
![]() |
Dokumentasi Pribadi |
Bayiku lahir dengan selamat dan sempurna. Alhamdulillah!
Beneran loh, aku engga bisa nangis karena aku takjub ada bayi di dada aku. Kebingungan sendiri sumpah, kayak mimpi ternyata aku udah jadi ibu sekarang. Engga sampai 30 menit ternyata, cuma 15 menit bayi udah lahir.
Setelah operasi selesai, aku dibawa ke ruang pemulihan untuk melihat apakah ada efek dari biusnya atau tidak. Saat itu, yang aku rasakan dingin sekali sumpah, aku sampai menggigil, lalu si perawat tadi mencoba membantu aku dengan memberikan mesin penghangat.
Setelah dipastikan aku tidak ada efek apa-apa aku dibawa ke ruang perawatan kembali sementara bayiku masih dalam tahap observasi. Pas keluar ruangan operasi aku melihat suamiku berlari menghampiriku, katanya dia was-was istrinya kok belum keluar hehe.
Nah, begitulah cerita persalinanku anak pertama. Its amazing guys, aku bersyukur sama Tuhan atas kesempatan ini.
Yang Perlu Kamu Ketahui Ketika Melahirkan di Tengah Kondisi Pandemi

Halo calon Mama yang sedang menunggu datangnya si buah hati? Gimana perasaannya? Aku berdoa semoga Mama semua sehat selalu dan diberikan kelancaran dalam persalinannya nanti.
Kali ini, aku pengen sharing tentang bagaimana sih rasanya melahirkan disituasi pandemi seperti sekarang ini.
Tentunya kondisi seperti ini bukanlah kondisi yang biasa, kita harus menyesuaikan dengan kondisi normal baru atau new normal, mulai dari wajib menggunakan masker ketika keluar rumah, membiasakan diri mencuci tangan, membawa handsanitizer kemanapun ketika pergi, dan hal-hal baru lainnya.
Lalu, apakah ada perubahan persiapan bagi Mama yang akan melahirkan di tengah kondisi pandemi seperti sekarang? Check it out ya!
Aku melahirkan diusia kehamilan 39 weeks, cerita tentang kehamilanku akan aku share ditulisan terpisah. Kali ini aku akan fokus sharing tentang persiapan persalinan di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini.
Wajib untuk ikuti protokol kesehatan
Kewajiban untuk taat pada protokol kesehatan kayaknya harus dilakukan oleh semua orang, tidak hanya bagi Mama yang akan melahirkan. Nah, kondisi rumah sakit pun tentu berbeda dengan biasanya. Ketika kita akan masuk kawasan rumah sakit kita harus dicek suhu & diwawancara singkat terlebih dahulu mengenai history perjalanan kita. Jangan lupa pakai masker dan juga handsanitizer ya. Aku memang prefer membawa handsanitizer sendiri alasannya ya lebih higienis karena cuma kita doang yang pegang. Tapi rumah sakit juga menyediakan ya guys, jangan khawatir.
Wajib melakukan rapid test
Nah ini hal yang baru ya guys, aku engga tahu sih apakah ini berlaku disemua rumah sakit atau enggak, tapi kayaknya sih iya. Kalau di RS Mitra Kelapa Gading baik Mama yang mau melahirkan dan pendamping wajib melakukan rapid test.
Pernah waktu itu ngobrol sama dokternya, jadi kalau ternyata hasil rapid & swab positif maka pasien akan dirujuk ke RS khusus covid. Hal ini dilakukan agar ruangan ibu & anak tetap steril ya guys bukan karena apa-apa. Dan hal ini juga yang menjadi pertimbangan aku untuk melahirkan disini.
Hanya boleh ditemani 1 orang
Kalau biasanya yang mau lahiran boleh ditemani oleh suami dan orangtua, disituasi pandemi seperti sekarang ini Mama yang mau lahiran hanya boleh ditemani oleh 1 orang saja. Kemarin aku ditemani oleh suamiku dan kita struggle berdua loh.
Tips!
Jadi buat kalian yang lagi menunggu gelombang cinta dari calon si buah hati aku mau ngasih tips ya, semoga bermanfaat.
- Pastikan semua checklist barang-barang. Jadi enggak ada istilah bolak-balik dari RS ke rumah ya guys. Karena kita hanya berdua, kalau ada yang kurang dan suami harus balik ke RS rasanya sendirian diruangan itu gimana gitu. Aku bukan negative vibes ya guys, cuma alangkah lebih baiknya well prepare dari awal.
- Cari rumah sakit yang concern dengan protokol kesehatan. Nah, ini menurutku wajib ya tidak hanya concerna terhadap protokol kesehatan tapi kalau bisa yang tidak menangani pasien covid. Honestly sih aku merasa tenang loh dan less stress juga karena tahu ini.
- Mesti kompak sama suami karena kalian akan melakukan apapun berdua di rumah sakit.
- Berdoa kepada Tuhan dan meminta agar semuanya berjalan dengan lancar.
Rekomendasi Dokter Kandungan di Jakarta Utara
![]() |
Sumber Gambar : kindpng.com/ Edited : Canva |
Iya guys aku hamil, haha, pas aku nulis ini alhamdulillah usia kandungan sudah 33 weeks 6 hari!
Hai guys. Kali ini aku bakal sharing tentang salah satu dokter kandungan di Jakarta Utara. So, buat kalian yang lagi cari-cari rekomendasi dokter kandungan bisa banget buat baca sampai selesai artikel ini!
Nah, alasan kenapa aku pindah dari RS Premier Jatinegara adalah karena memang biaya cukup mahal, sekali kontrol itu bisa sampai 1 juta, apalagi pas awal-awal (aku lupa pemeriksaan apa aja), tapi yang jelas biayanya sampai 1,6 juta. Selain itu, ke RS Premier juga jaraknya lebih jauh dari apartemenku yang di Pulo Gadung.
Pertama kali ke dokter Stella aku excited banget karena ternyata yang ngantri segambreng, rame bener dah sumpah, iseng-iseng ngobrol sehari itu bisa sampai 100 pasien. Makin penasaran dong aku sama dokter ini, karena menurutku engga mungkin kan pasiennya bisa sebanyak ini kalau dokternya biasa aja.
Tibalah giliranku, pas pertama kali masuk ke dalam ruangan bener aja, dia udah nyapa dengan sapaan hangat dan friendly banget sumpah. Dan ternyata dokter Stella masih muda banget guys, istilahnya dokter untuk milenial deh, sumpah. Nah, waktu itu kebetulan aku USG transavaginal dulu karena kalau engga salah masih 12 minggu. Alhamdulillah hasilnya bagus.
Setelah USG, dokter Stella menjelaskan pantangan-pantangan yang harus dihindari oleh ibu hamil. Dia jelasin detail banget dari A sampai Z. Aku dan suami jadi nyaman aja konsultasi dengan beliau.
Soal harga kayaknya aku enggak share ya, tapi intinya pelayanan yang kita dapat itu setimpal dengan harganya, worth it banget lah!
Sekarang, aku jelasin gimana kalau kalian mau konsultasi ke Dokter Stella ya.
- Untuk daftar rawat jalannya kalian bisa lewat aplikasi alodokter atau bisa juga datang langsung ke rumah sakit Mitra Kelapa Gading. Kalau aku pas pertama daftar rawat jalan lewat alodokter.
- Kalau daftar rawat jalan sih kayak biasa ya, pasien baru harus isi data dulu lalu kasih KTP dan dapatkan kartu pasien.
- Lalu, kita akan diarahkan untuk ambil antrian ke polikliniknya. Ini yang menurutku agak PR, karena pasien dokter Stella itu banyak banget jadi kalau bisa kalian ambil antriannya dari pagi.
- Kalau kebagian pas udah di nomor-nomor akhir, mending kalian pulang dulu aja ke rumah (kalau rumahnya deket), nanti bisa telpon ke poliklinik udah antrian ke berapa, kalau udah deket-deket baru berangkat lagi ke rumah sakit.
- Senin : OFF kecuali ada tindakan lahiran/kuret/emergency
- Selasa : 14 - 18
- Rabu : 10 -14
- Kamis : 10 - 14
- Jumat : 14 - 18
- Sabtu : 10 - 15
Aku rasa cukup sekian dulu ya yang aku share, nanti aku lanjut lagi! Thankyou!
(Sharing) Gimana Rasanya Jadi HEAD di Usia 25 Tahun?
Semua berawal ketika gue dipanggil sama Bapak Direktur dan dikasih amanah untuk jadi Head Operational ditempat gue kerja. Perasaannya ya awalnya sih biasa aja, tapi gue udah notice sama diri gue bahwa ini berat loh, dan gue harus memberikan effort lebih karena mengatur orang tidak semudah mengatur benda tak hidup, kan?
Kilas balik karir gue dari pertama kali lulus, gue emang ngejar posisi MT. Why? Gue pernah share alasan kenapa menurut gue jadi MT (Management Trainee) itu worth it banget. Karena dalam 1 tahun lo bakal dapat banyak hal dan jika lo lulus maka lo akan naik level. Kalau gue pas pertama rekrut itu jabatan udah Senior Staff (Fresh Grad padahal haha), nah pas gue lulus MT level gue naik jadi Supervisor. Artinya, gue naik dari Staff ke Supervisor itu dalam waktu 1 tahun.
Sekitar 1 tahun gue kerja sebagai Supervisor di bagian HRD, akhir 2018 gue dapat amanat untuk jadi Head Operasional. Yang bikin gue gak nyangka adalah lead time yang sangat cepat, ya mungkin balik lagi kali ya gue dikasih kesempatan belajar langsung dengan jabatan yang gue punya saat ini.
Nah, gue tentunya gak mau cerita yang manis-manis aja, karena menjadi leader itu sumpah gak mudah coy! Apalagi kalau tim kalian itu memiliki usia yang diatas kalian, tapi satu yang gue pegang gue harus menghormati mereka, ya karena pertama mereka lebih tua usianya dari gue dan juga gue memang bukan tipe-tipe diktator lah, gue mencoba untuk jadi atasan yang wise buat tim gue.
Sombong banget ya? Haha, maaf guys gue bukan mau show up dengan jabatan yang gue miliki sekarang ya. Gue pengen bagiin positif vibes buat kalian yang mungkin lagi depresi, lagi stress, lagi nothing to do mau ngapain sama hidup ini. Nah, makanya gue mau share pengalaman gue gimana rasanya jadi leader di usia 25 tahun.
Banyak banget hambatan yang gue alami ketika guide orang, yang pertama adalah watak setiap orang yang beda-beda, artinya gue harus belajar 17 watak orang. Gila gak? Ya tapi itu harus dilakukan karena masing-masing punya gaya sendiri, kalau gue menyamaratakan semua cara untuk semua orang ya gak bisa, yang ada akan ada blocking dari mereka. Gue coba deketin mereka dengan berbagai cara, yang paling gila sih gue ikutan maen game. Haha.
Oya, gue harus ngasih tahu kalian juga kalau jadi leader itu harus banyak-banyak sabar, why? Jangan baper kalau misalnya tiba-tiba disindir di status WA (ups), emang sih karena gue perempuan mungkin punya emosi yang berbeda, tapi ketika lo jadi leader kayak yaudahlah terserah dulu. Kadang apa yang menjadi asumsi mereka sebenarnya memang bukan kita, tapi ya karena asumsi tersebut mereka memiliki kesimpulan yang tidak-tidak.
Itu cuma sedikit bumbu coy! Jadi, nikmatin aja coba untuk rileks walaupun suami gue sebenarnya udah wanti-wanti karena kalau gue pusing dia juga ikut bingung. Ya belum aja dia bilang, "Mending kamu resign deh," haha.
Ketika jadi leader, gue belajar gimana cara bikin solusi yang jitu berdasarkan analisis, bukan asal jeplak dapat solusi cepet tapi gak jitu. Itu emang salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh leader, jadi problem solver, bukan jadi leader yang bisanya cuma nyalahin doang atau nyuruh doang.
Lagian, gue berpikir juga sih apakah selama gue jadi leader gue udah memberikan kontribusi buat tim gue? Karena apa yang menjadi bagian kita tentu akan dimintain pertanggungjawabannya kelak, bener gak? Terus gue juga pernah bertanya, sebenarnya kapabilitas gue udah mumpuni belum ya? Itulah, Why gue gedek juga sama orang yang ternyata gak tahu cara berpolitik tiba-tiba nyalonin jadi anggota dewan, mbok ya belajar dulu gitu. Inget ya, gue gak larang (siapa gue? haha), tapi mbok ya sebelum terjun banyakin baca buku gitu. Jangan lo naek modal duit doang.
Balik lagi ke gue ya, gimana rasanya jadi leader di usia 25 tahun? Intinya amazing lah. Gue gak nyangka secepat ini dapat jabatan di salah satu perusahaan besar dan ini adalah bagian yang harus gue syukuri. Jadi, buat kalian tetap semangat ya guys! Kita punya kesempatan yang sama untuk jadi lebih baik setiap harinya.
Sekian dulu ya, ntar gue sambung lagi!
Rekomendasi Susu Hamil Anti 'Enek'
![]() |
Dokumentasi Pribadi |
Long time no posting wkwk, kali ini tiba-tiba aku mau share tentang rekomendasi susu hamil yang gak bikin 'enek'.
Btw, iya aku emang lagi hamil sekarang usianya 26 minggu, doain yah semoga semuanya lancar-lancar sampai persalinan. Amin :)
Nah, kali ini aku mau share pengalaman aku minum susu hamil yang menurut aku ini gak kayak susu hamil, bahkan kayak milkshake tau!
Singkat cerita, bulan Oktober itu aku test pack iseng-iseng & ternyata Allah ngasih amanah untuk mengandung seorang anak. Dari sana tentunya aku cari-cari informasi tentang kehamilan plus karena ini kan pertama kali, jadi honestly aku buta banget soal informasi ini.
Sebenarnya dari semua artikel yang aku baca memang ibu hamil itu harus cukup nutrisinya, nah salah satunya bisa kita penuhi dengan minum susu. Oya, ini bukan berarti mengesampingkan makan ya, makan bergizi itu wajib.
Entah kenapa dari awal memang aku kayak notice aja dengan merk ini, bahkan ketika beli susu yang merencanakan kehamilan pun aku belinya merk ini, ya PRENAGEN. Honestly, aku belum pernah coba merk yang lain ya, jadi dari awal emang udah langsung suka sama merk ini.
Nah, prenagen mommy ini ada banyak varian rasanya, pertama kali aku coba yang mocha, tapi sekarang aku minum yang varian lovely strawberry. Sumpah ya, menurut aku ini susu hamil gak kayak susu hamil, tapi lebih kayak milkshake.
![]() |
Sumber : Dokumentasi Pribadi |
- Tinggi Asam Folat dan Zat Besi
- Tinggi Kalsium dan Vitamin D
- Omega 3
- Sumber Serat Pangan (Inulin)
- Tinggi Iodium
Berapa kali ibu hamil dianjurkan minum susu?
Menurut informasi yang ada dikemasannya, prenagen mommy diminum setiap hari selama masa kehamilan dengan 2 gelas setiap harinya. Caranya, larutkan 3 sendok makan (sekitar 45 gram) prenagen mommy dalam 180 mL air matang hangat dan aduk sampai rata lalu siap untuk diminum.
Oya, sebenarnya prenagen mommy ini tersedia dalam 5 rasa, yaitu velvety chocolate, french vanilla, lovely strawberry, groovy mocha, delicious mung bean.
Nah, itu yang bisa aku share ke kalian ya. Semoga sedikit membantu buat kalian yang masih bingung minum susu apa ketika hamil. Tetap positif dan jaga kesehatan ya calon mamah.
Salam!
[Cerpen] : Alat Pancing Komarudin
![]() |
Sumber gambar : http://gambarilus.blogspot.com |