Featured Slider

#1 Review Dokter Specialis Dr Lucia Nauli Simbolon di RS Permata Cibubur, Check It Out Bu!

Haloha Ibu-Ibu,

Kali ini aku mau #review DSA lagi hehe. Aku ngerti banget sih Buibu untuk menentukan DSA yang cocok buat anak itu emang gampang-gampang susah kalau belum tau sendiri, tapi semoga informasi yang aku sampaikan sedikitnya bisa membantu Buibu dalam membuat sebuah pertimbangan. Hehe. 

Seperti yang udah pernah aku share sebelumnya, kalau anak-anak aku itu dua2nya emang lahir di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, yang pertama memang karena dulu tinggal dekat sana & yang kedua karena udah tahu pas anak pertama gimana, jadi ya aku putusin lagi lahiran disana. 

Cuma karena aku sekarang udah pindah rumah, aku mikir juga kalau dari Depok ke Kelapa Gading lumayan jauh juga nih, sehingga mau gak mau aku harus punya alternatif DSA lebih dekat. 

Ada beberapa DSA yang pernah aku datengin untuk berobat / juga vaksin ya Buibu, nah di artikel kali ini aku mau fokus review Dr Lucia Nauli Simbolon yang praktek di RS Permata Cibubur. 

Tau Dr Luci (panggilang akrabnya) itu dari salah satu teman Suami yang juga dulu lahiran di RS Permata Cibubur dan DSA anaknya Dr Luci. Pemaparan awal sih dari yang aku tau, Dr Lusi ini emang komunikatif Dokternya dan gak bikin panik. 

Singkat cerita, pas Adek terdiagnosa batuk yang disebabkan oleh Alergi & belum sembuh-sembuh, kita coba untuk konsultasi ke Dr Luci. First time konsultasi emang Dokternya ramah banget, ngejelasin detail dan mudah dimengerti. 

Dan poin yang bikin aku kayak 'wake up' nih dengan dunia peralergian susu ini, dokternya bilang, kan usia Adek udah lebih dari 6 bulan, jadi seharusnya aku jangan musingin soal susu formula, tapi fokus aja buat ngasih makannya. Karena kan usia 6 bulan sudah bisa MPASI which is kita kejar di makanan. 

Nah, gak tau ya ini mungkin emang adek cocok, setelah diperiksa sama Dr Luci batuknya berkurang & lama-lama sembuh. Dari sana aku mulai sreg sama Dr Luci nih Buibu. Suamiku juga pas keluar ruangan langsung feedback, "Bisa jadi pilihan" katanya. 

Kalau mau tanya-tanya diluar jam praktek Dr Luci bilangnya DM aja soalnya kalau Whatsapp suka lupa ngebales katanya, so far sih selama aku tanya lewat DM dokter balesnya cepet juga gak sampai lewat dari 12 jam aku itung. 

Karena adek udah ngerasa cocok, terus pas vaksin abang juga kita mutusin buat ke Dr Luci dan seperti biasa emang ngejelasinnya detail, terus ditanya udah bisa apa aja, dan juga proposed abang buat segera sekolah bermain biar mulai belajar sosialisasi. 

Nah, kalau mau reservasi Dr Luci bisa langsung kontak admin RS nya ya di nomor +62 811-808-806 nanti bisa sekalian tanya jadwal juga. Cuma, sekarang tuh Permata Cibubur udah bisa reservasi lewat aplikasi, tinggal download aja. Menurut aku lebih mudah banget sih, kalau pake pribadi gak perlu daftar antri lagi tapi bisa pake mesin yang ada di lobby.

Abis itu bisa langsung ke Nurse Station buat timbang anak & tunggu antrian. So far, kalau di Permata Cibubur meskipun udah dapat antrian pas pendaftaran awal, untuk antrian masuk ke ruang dokter berdasarkan kedatangan. Jadi, saran aku mending datang pas awal jadi bisa dapat antrian lebih cepat. 

Buat jadwal dokter bisa Buibu lihat di aplikasi yaa, kalau gak salah beliau praktek senin - sabtu. Kalau senin - jumat itu biasa start di jam 15/16 tapi kalau sabtu dari jam 10 kalau gak salah ya. Biar gak salah langsung cek diaplikasi ya. 

Nah, sekian dulu review DSA kali ini. Semoga informasi ini bisa bermanfaat yaa :)

After Office : Suara dari Toilet

Jam menunjukkan pukul 17.00. Biasanya aku sudah beranjak dari meja kerjaku, namun karena masih hujan jadi aku memutuskan menunggu terlebih dahulu. 

Beberapa orang yang memang membawa mobil sudah berlalu pergi, tinggalah aku dan satu orang rekan kerjaku di ruangan ini. 

Kucoba melihat kearah jendela yang sudah gelap, sehingga untuk memastikan apakah masih hujan atau tidak dengan valid, aku bertanya pada temanku yang sudah menunggu di lobby. 

Kantor ini memang tak seperti kantor sebelumnya. Jam 17.00 orang-orang sudah mulai bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Hampir bisa dipastikan, tak ada aktivitas lembur di dalamnya. Yang biasa pulang terakhir ada pak Oding, Office Boy di kantor ini. 

Pak Oding masuk ke ruangan, "Belum pulang mbak?" tanya beliau."Belum nih pak, masih nunggu ujan reda," jawabku. Pak Oding melanjutkan aktivitasnya membersihkan ruangan, sementara aku memutuskan untuk pergi ke toilet. 

Jalan menuju toilet memang sepi, lalu aku coba bersenandung pelan-pelan. Lagu budi doremi pun aku lantuntan. Aku masuk ke dalam toilet dan masih bersenandung. 

Setiap kali aku menyelesaikan kata, terdengar ada suara yang mengikuti. Tapi, bisa kupastikan ketiga toilet itu terbuka artinya tidak ada orang selain aku di dalamnya. 

Lalu, aku kembali bersenandung dan benar saja, ternyata ada tambahan suara yang mengikuti bernyanyi. Dalam hati, lagi galau ya? Kok ikutan nyanyi. 

[CERPEN] : Seorang Anggota Dewan yang Pingsan Ketika Upacara Bendera


Pria paruh baya dengan kumis yang melintir dua senti dekat kehidung itu sedang gusar. Sejak tadi ia hanya bolak-balik tidak karuan sambil menempatkan tangannya dikepala. Sesekali dia menengadahkan kepalanya ke atas lalu kembali bolak-balik sambil kembali berpikir. Lalu, dia duduk disebuah kursi kayu tanpa sandaran. 

Kursi itu terbuat dari pohon jati kualitas nomor satu. Tidak ada yang berani duduk dikursi itu selain dia. Orang yang boleh duduk dikursi tersebut hanyalah para anggota dewan. Siapa saja yang berani duduk dikursi tersebut ia akan langsung dipenjara karena berarti dia tidak menghargai para wakil rakyat.

Seorang perempuan yang berparas cantik meski sudah berumur datang mendekat kepadanya. Konde yang rapih dan lipstik warna merah menyala serta dibalut kebaya jawa membuat perempuan tersebut sangat anggun meski sudah berumur. Dia menepuk pundak pria tersebut yang ternyata adalah suaminya. Sebagai seorang istri yang baik tentunya ia harus menemani sang suami dalam berbagai kondisi, termasuk dalam kondisi tidak jelas sekalipun seperti saat ini.

Wangsa melihat sang suami yang benar-benar kebingungan. Wajah suaminya mulai pucat pasi. Jangankah tersenyum, Maja hampir lupa cara bernafas. Lalu, sesekali dia menarik nafas panjang dengan maksud menenangkan hatinya. Namun, detak jantungnya yang tidak karuan membuat nafasnya jadi tersengal-sengal.

"Kampret emang si Tarum, dia tumbalkan aku kalau begini caranya," kata Maja mengumpat.

"Hus, mulut itu dijaga sampean udah jadi wakil rakyat," kata Wangsa.

"Wakil rakyat opo nduk? Semalaman aku tidak bisa tidur hanya memikirkan apa yang aku katakan diupacara nanti,"

"Sabar, kamu sendiri yang menerima pinangan partai politiknya,"

"Manusia-manusia goblok, aku yang wong edan kayak gini bisa juga kepilih jadi anggota dewan,"

"Mungkin orang-orang sudah pusing dan bingung mau milih siapa. Berhubung wajahmu lumayan tampan jadilah mereka memilihmu.

Mereka bahkan tidak peduli pada program-programmu nanti,"

"Jadi mereke milih aku gara-gara aku tampan yah?"

"Entahlah, kalau aku sih iya," kata Wangsa mencoba menggoda Maja.

"Ah adinda istriku tersayang, kamu ini pandai bikin aku deg-degan,"

"Masa udah 20 tahun nikah aku puji masih deg-degan sih mas?"

"Mau kubuatkan teh?" lanjut Wangsa.


"Tidak usah, aku tidak nafsu makan dan minum hari ini," kata Maja.

Maja menyuruh istrinya duduk. Dia menatap istrinya sangat lama. Lalu, dia memegang kedua tangan istrinya dan meletakannya dipahanya.

"Bagaimana kalau aku mundur saja?" tanya Maja.

"Tidak bisa. Kamu akan terlihat seperti pengecut dimata orang-orang," jawab Wangsa.

"Sudah banyak orang pengecut dinegeri ini mas, masa kamu mau ikut-ikutan juga," lanjut Wangsa.

"Gimana yah jadi orang-orang yang engga punya kemampuan apa-apa terus nyalonin jadi wakil rakyat?"

"Lah, sampean tanya diri sendiri lah. Sampean engga punya ilmu apapun, bangun aja kesiangan, ngomong aja belepotan, eh kepedean nyalonin jadi anggota dewan,"

"Aku kan pengusaha, uangku banyak,"

"Dipikir mimpin orang-orang pake modal uang saja? Sampean disuruh pidato aja gelagapan,"

Dengan perasaan yang campur aduk Maja melangkahkan kakinya menuju lapangan. Dia sengaja memperlambat langkahnya agar tidak cepat sampai. Namun, usahanya sia-sia karena lapangan upacara tidak jauh dari pendopo tempat ia tinggal.

"Selamat pagi, Maja. Kamu yang pimpin upacara pagi ini yah," kata seorang pria yang jauh lebih tua dibandingkan Maja.



Maja hanya menganggukan kepala. Dia sangat kebingungan akan berpidato apa nanti ketika dibagian amanat Pembina upacara. Maja berharap waktu bisa berhenti dan ia akan cari contoh pidato diinternet terlebih dahulu agar bisa dipuji banyak orang karena dia adalah orator ulung meski bahasanya adalah jiplakan hasil pencarian diinternet. Persetan dengan kata orang pidato tersebut hasil jiplakan yang penting Maja ada bahan untuk bicara di depan.

Udara cukup panas. Banyak peserta upacara yang pingsan. Maja semakin panik jangan-jangan rakyatnya malu punya wakil rakyat seperti dia. Jangankan bicara soal kebijakan internasional, bicara soal kenapa beras bisa impor saja Maja tidak tahu, jangankan bicara kesejahteraan rakyat, browsing diinternet saja Maja masih gaptek. Tangan Maja mulai gemetar dan matanya mulai kunang-kunang.

"Brukkkkkk!"

Maja terjatuh dari mimbar Pembina upacara. Semua orang yang menghadiri upacara pertama yang dipimpin oleh Maja pun panik. Tim medis pun segera menangani Maja. Sang istri yang berada di pendopo langsung menuju ke istana untuk melihat keadaan suaminya. Ketika melihat sang suami yang ditidurkan dengan celana pendek Wangsa malu melihatnya. Dia baru ingat tadi pagi suaminya menggunakan celana yang kekecilan. Sudah 10 menit sejak direbahkan dikursi istana, Maja tidak sadarkan diri. Wangsa pun panik karena takut terjadi apa-apa pada suaminya. Dia mencoba membangunkan Maja namun usahanya sia-sia.

***

"Aku tidak mau dibawa ke rumah sakit," teriak Maja.

Maja mengigau. Sang istri yang tidur disampingnya terbangun. Maja tertidur dengan menggunakan kaos singlet dan juga celana boxer 100 ribu tiga yang istrinya beli di pasar malam. Sementara itu, istrinya menggunakan daster sehaga 35 ribu yang dibeli ditempat yang sama dimana istrinya membelikan celana untuk Maja.

"Sampean mimpi apa?" tanya Wangsa.

"Aku mimpi jadi anggota dewan, Nduk. Tapi, pas upacara pertama aku malah pingsan di lapangan," kata Maja.

"Mbok ya kalau mimpi sadar diri juga sih mas. Mimpi kok ketinggian, tidak ngukur diri kamu itu namanya," kata Wangsa sambil tertawa lalu kembali menutup matanya.

"Tapi," kata Maja.

"Apa?" tanya Wangsa.

"Aku lupa mempersiapkan teks pidatoku,"

"Lah anggota dewan kan ada staffnya mas, tidak usah repot-repot cari naskah pidato,"

Maja hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan istrinya. Bagaimana pun dia harus mengakui bahwa sang istri sedikit lebih pintar darinya.

"Tidur mas, besok kamu harus cari rongsokan yang banyak bekal Singo sekolah," kata Wangsa.

Maja hanya bisa menelan ludah. Dia kembali teringat tugasnya sebagai seorang Ayah yang harus bekerja untuk membiayai anaknya sekolah bukan sebagai seorang anggota dewan yang harus menyiapkan teks pidato diupacara bendera.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Cerpen | Seorang Anggota Dewan yang Pingsan Ketika Upacara Bendera", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/via1203/5b039aecdd0fa8591f1375f4/seorang-anggota-dewan-yang-pingsan-ketika-upacara-bendera?page=4&page_images=1

Kreator: Via Mardiana


Pengalaman Mistis Saat Pendakian Gunung Gede, Yakin Mau Baca?

Edited : Canva

Kejadian ini aku alami sekitar tahun 2012, pas masih kuliah. Seperti biasa, sejak tergabung dalam perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam atau MAPALA, aku yang si anak rumahan ini menjadi lebih "berani" untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah aku lakukan. Maksudnya, dalam hal positif ya. Hehe.

Karena aku kuliah di Bogor, which is dekat sekali dong dengan beberapa Gunung yang ada di Jawa Barat. Salah satunya adalah Gunung Gede-Pangrango. Biasanya aku naik gunung dengan teman-teman MAPALA-ku, nah saat itu aku naik gunung dengan teman-teman kelasku.

Hari senin-nya kita udah koar-koar siapa yang mau ikut naik gunung. Saat itu, yang ikut hampir 20 orang, dalam hati wah banyak juga nih. Kalau aku ketika ngajak orang naik gunung, aku jelasin dulu kalau naik gunung itu beda dengan aktifitas yang lain. Jadi, secara fisik kita harus mempersiapkan diri kita jauh-jauh hari. Sehingga, aku undur ke minggu depan-nya agar yang lain bisa setidaknya olahraga terlebih dahulu.

Singkat cerita, hari kamis eh ternyata banyak yang mengundurkan diri gak jadi ikut dengan berbagai alasan. Kalau gak salah waktu itu sisa hanya bertiga saja. Yasudah aku bilang kita cancel saja dulu rencananya, tapi temanku si Cacing (nama samaran) bilang, "Jadiin aja, kita udah persiapan, nanti gue ajak adik kelas gue," katanya. 

Akhirnya, kami pun memutuskan untuk tetap naik gunung dengan personil 6 orang, yakni aku, Domba, Cacing, Harimau, Buaya, dan Papatong. Hari kamis malam aku dan Cacing mempersiapkan barang-barang yang akan dipacking agar besok tidak terlalu ribet. 

Nah, hari pendakian pun tiba. Kami berenam pergi ke basecamp Gunung Putri menggunakan motor. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam-an. Dan kita sampai di basecamp Gunung Putri sekitar jam 5 sore. 

Waktu itu kondisi cuaca hujan rintik-rintik jadi kita sengaja berteduh dulu menunggu hujan berhenti. Kita pun sempat berpoto bersama sebelum melakukan pendakian. Karena sebentar lagi mau masuk waktu magrib maka aku katakan pada teman-teman untuk kita solat Magrib dulu. Tapi, kita siap-siap dari sekarang, jadi pas selesai solat langsung bisa mulai pendakian. 

Adzan magrib berkumandang, kita sholat terlebih dahulu dan langsung siap-siap. Seperti biasa, aku selalu mengecek jam mulai pendakian. Lupa-lupa ingat, sekitar jam 6 kita udah siap dengan carrier masing-masing, lalu berdoa dan memulai pendakian. 

Awal-awal perjalanan semua masih tertawa. Tiba dipemberhentian pertama kita dicek SIMAKSI dll. Lalu, Petugasnya bertanya, "Dari kalian, siapa yang pernah naik gunung?", "Saya, Pak," jawabku. Petugasnya terlihat ragu karena aku Perempuan sendiri dan yang pernah naik gunung. Tapi, dia bilang,"Bener ya pernah? Yasudah hati-hati, nanti sampahnya bawa pulang lagi," kata Petugas. 
 
Setiap kali pendakian, kalau tidak kuingat, pasti aku catat start ketinggian berapa, setiap kali ada pos aku akan ingat kita sudah diketinggian berapa. Menurutku hal tersebut sangat penting untuk guidance kita dalam melakukan pendakian. Selain itu, aku juga harus rajin melihat jam karena untuk mengecek jika ada ketidaksesuaian dilapangan. 

Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan sangat "ceria". Ya seperti biasa, menceritakan kejadian-kejadian konyol pas kuliah lalu tertawa bersama. Setelah hampir 1 jam perjalanan, kami memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Makan cemilan dan tak lupa minum air putih masih dalam mulut yang gak berhenti bercerita dan tertawa. 
 
Sekitar 15 menit istirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Selangkah demi selangkah, kami tapaki jalanan setapak ini. Tanah basah yang membuat sepatu kami kotor, tak ayal beberapa kali tergelincir karena licin dan kembali berdiri lalu melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Kami terus berjalanan dengan harapan agar bisa segera sampai. Tujuan selanjutnya adalah Simpang Maleber. Artinya, kalau sudah sampai Simpang Maleber berarti sudah tak begitu jauh menuju alun-alun Suryakencana. 
 
Namun, semakin banyak langkah kami, kami tak juga sampai di Simpang Maleber. Kondisi teman-teman sudah mulai kelelahan. Kami bergantian membawa carrier utama. Sampai, Domba mengatakan sudah sangat kelelahan dan akhirnya aku yang kembali membawa carrier. Papatong sudah mulai emosi, "Vi, masih jauh gak? Kalau masih jauh bilang dong, jangan PHP-in gue," katanya. 
 
Situasi tim sudah tidak kondusif. Karena terlalu keletihan, kami semua menjadi mengedepankan emosi daripada berpikir jernih. Aku menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk tetap berpikir. "Ayo kita lanjut jalan lagi," kataku. Aku mencoba tenang agar tidak tersulut emosi. Karena bagaimana pun, kalau semua emosi situasi akan tambah kacau.

Kami terus berjalan meskipun sangat pelan-pelan. Selangkah demi selangkah, namun tak kunjung juga sampai di Simpang Maleber. Teman-teman meminta untuk istirahat kembali, aku pun mengizinkan karena melihat kondisi mereka memang sudah benar-benar kelelahan. Apalagi kita juga harus berhemat air karena sudah minum terlalu banyak dan juga sering akibat gak sampai-sampai. 

Aku merasa aneh. Kok tidak sampai-sampai ya?
 
Lalu, tiba-tiba aku mencoba melihat sekeliling. Dalam hati, "Bukannya tadi pernah lewat sini ya?". Seperti ada yang menyadarkan, aku segera melihat jam tangan yang menunjukkan sudah pukul 2 pagi dan kita masih belum sampai. Padahal, biasanya selambat-lambatnya kita maksimal 4-5 jam sudah sampai di Simpang Maleber. 
 
Aku mengingat ketinggian terakhir yang sudah kita lewati. Harusnya kita tidak lama lagi untuk sampai di Simpang Maleber. Aku sadar bahwa ada yang tidak beres. Tapi, aku belum bicara sama teman-teman pendakian. Sejauh ini, aku masih berpikir berdasarkan logika dulu, aku mengajak teman-teman untuk kembali berjalan. Lalu, seperti ada yang menyadarkanku. Aku ingat, tadi lewat sini. Lalu, aku menarik nafas dalam-dalam. 
 
Aku memperhatikan sekitar lagi. Tak kusangka, aku melihat sebuah plang yang berisi ketinggian lokasi dimana kita berada. Dan plang itu menunjukkan kalau kita ternyata turun. "Kok bisa?" tanyaku dalam hati. Seingatku, plang taman nasional itu berwarna Hijau dan Putih / sebaliknya. Tapi, plang ini berwarna putih dan cokelat (?) Apa iya memang ada? 

Tapi, yang membuatku merasakan ada hal yang tidak beres adalah disana tertulis mdpl-nya menurun padahal seingatku kita terus naik. Ah, entahlah! Saat itu, aku masih tetap berpikir logic untuk tetap positif thinking mungkin kami sedang kelalahan jadi hal-hal seperti ini seperti kenyataan. 

Seolah-olah seperti ada yang menyadarkan bahwa aku harus segera sadar dari kejadian ini. Aku membaca doa-doa yang aku bisa dan mencoba tetap tenang walau sejujurnya takut. Aku mengecek kondisi teman-teman untuk memastikan tidak ada yang kenapa-kenapa.
 
Lalu, aku mengajak temanku Buaya untuk menemaniku mengecek jalur. "Mang, ayok baturan (temenin) via lihat ke depan," kataku. Dan, tak sampai 10 menit aku sudah sampai di Simpang Maleber (?). Menurutku benar-benar diluar nalar tapi begitulah adanya.
 
Aku berteriak memanggil teman-teman agar ikut naik. Dan kalau tidak salah, jam setengah 3 pagi kita baru sampai di Simpang Maleber, padahal kita start pendakian dari jam 6 sore. Aku menyuruh teman-teman untuk memasang tenda, dan juga membagi tugas ada yang memasak. 
 
Aku seperti dibuat kaget dengan kejadian barusan. Duduk sambil menarik kedua kaki sambil memandangi alam sekitar. Aku mencoba merunut apa yang salah hingga terjadi hal tersebut. Dipikir-pikir, ini bukan kali pertama aku naik gunung ini dan lewat jalur ini. Dan aku selalu menghitung estimasi rata-rata jam sampai di Simpang Maleber / langsung ke Surya Kencana. 

Teman-temanku memilih untuk segera istirahat di dalam tenda. Tersisalah aku dan Domba yang sedang makan. Sebenarnya, aku ingin sekali langsung menceritakan kejadian tersebut kepadanya. Tapi, urung aku lakukan agar situasi tetap kondusif. 

Kejadian tersebut baru aku ceritakan ketika aku sudah sampai di bawah dan bersiap-siap pulang ke Bogor. Eh, apa pas di Kampus ya. Lupa juga. Tapi, satu hal yang pasti mungkin pelajaran yang bisa diambil, naik gunung apapun diusahakan jangan pas di waktu magrib. Mungkin lebih baik jika setelah isya, atau dari pagi. 

Sejujurnya, kalau ingat kejadian tersebut aku suka kebingungan sendiri. Seperti tidak nyata, tapi aku alami sendiri. Wallahualam!
 
 

Dear Ibu Mertua, Sama dengan Dirimu yang Ingin Anaknya Diperlakukan dengan Baik, Begitu Pula Ibuku.

Tulisan ini didedikasikan untuk semua anak Perempuan yang sekarang sedang menjalani jabatan multiperan salah satunya menjadi "menantu" dari seorang "mertua". 

...

Hai Ibu, apakabar? Ini aku, menantumu. Anak Perempuan asing yang tiba-tiba masuk dalam keluarga besarmu dan mau tidak mau engkau harus menerimaku. Sebab, anak laki-lakimu telah memilihku untuk menjadi pendamping hidupnya.

Pagi ini cukup mendung, ketika aku hendak pergi ke kantor menggunakan ojeg karena anak laki-lakimu kesiangan sehingga tak sempat mengantarkan aku. Gak apa-apa Bu, aku gak berani membangunkannya khawatir dia marah. Kalau dia marah aku takut ada kata-kata menyakitkan sehingga aku membawa luka ke tempat kerja.

Bu, aku adalah Perempuan yang dinikahi oleh anak laki-lakimu. Yang dengan gagah perkasa menemui Bapakku dan meminta restu untuk menikahiku, Bapakku? Ya, Bapak merestui anakmu untuk menikahiku. Tentu dengan harapan agar anaknya berada ditangan yang tepat untuk melanjutkan usahanya dalam membahagiakanku. 

Tenang Bu, aku tidak punya niatan sama sekali untuk mengambil perhatian anakmu darimu, tapi bukankah kita juga tahu bahwa setelah menikah, seorang laki-laki harus bertanggung jawab terhadap kehidupan anak dan istrinya.

Maaf Bu, tapi memang seharusnya perhatian dia terhadapmu tidak berubah meski sekarang sudah menyandang status Suami dan juga Ayah dari anak-anaknya. Jika berubah maka jangan langsung menyalahkanku, tapi silahkan bicara baik-baik kepada anak laki-lakimu. Berarti itu salah anakmu, bukan aku. Memang sulit Bu untuk menerima kesalahan anak sendiri dan lebih mudah untuk menyalahkan anak orang lain. Tapi, semoga Tuhan selalu memberikan Ibu kebijaksanaan yang tiada terbatas.

Lagipula Bu aku tidak akan berkompetisi denganmu, karena itu bukan tugasku. Dari menikah dengan anakmu, tugasku adalah berbakti kepadanya, menjadi Istri terbaik, maka jika engkau menyayangi anak laki-lakimu bantulah dia agar menjadi Suami yang baik dengan tidak harus dihadapkan pada pilihan Ibunya atau Istrinya. Jika ingin membantunya, maka buatlah agar anak laki-lakimu layak untuk dihormati sebagai Kepala Rumah Tangga oleh anak dan Istrinya karena memang dia layak dihormati dengan jabatan tersebut. 

Seringkali dia memilih diam karena kebingungan, dan karena tak tega akupun memilih mengalah karena tentu tidak tega melihat dia murung seharian karena kebingungan. Apa yang aku rasakan? Sedih Bu. Aku berjuang sendiri untuk pulih dari luka tanpa ada orang yang membela. Aku ingin bercerita pada Ibu dan Bapakku, tapi aku tak ingin wajah Suamiku buruk dimata orangtuaku. Maka kutelan semua luka, meski tiada yang sadar. 

Sering kali aku bersandar pada tembok sambil menarik nafas dalam-dalam. Rasanya ingin bicara, mengeluarkan unek-unek yang menjadi penyakit dalam hati ini, tapi selalu aku batalkan. Belum bicara saja aku sudah menerima umpatan dari anak laki-lakimu. Jadi Bu, lihat dia itu membela engkau, seperti yang engkau inginkan. Tak perlu engkau cemburu padaku. Daripada membela aku, dia lebih memilih diam tidak bicara apa-apa. 

Lalu, bagaimana dengan kecewa yang aku rasakan? Asal Ibu tahu, aku telan sendiri. Berupaya agar aku tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakiti. Dan lagi-lagi aku mengalah, diam, dan kucoba sibukkan diri dengan bermain bersama anak-anak. 

Oya, aku diajari oleh Ibuku untuk diam ketika diajak berdebat, karena kata Ibuku tidak baik mendebat orangtua, maka kulakukan itu, meski hatiku gemetar menahan rasa kesal akibat perbedaan dan aku cenderung disalahkan. Tapi, sebenarnya aku menghindari perdebatan karena aku khawatir ada perkataan yang menyakiti. 

Tapi Bu, jika suatu saat ada kalimat terlontar dari mulutku, semata-mata itu adalah wujud pembelaan yang aku lakukan. Sebab, sebagai manusia aku pun berhak untuk memperjuangkan diriku. Ketika tidak ada yang membela, maka aku sendiri yang harus membela diriku sendiri.

Sekali lagi, jika suatu saat ada kalimat yang terlontar dari mulutku, bukan berarti aku tidak menghargaimu dan ingin menyakitimu. Mana mungkin aku hendak melukai hati sesama Perempuan, apalagi Perempuan itu adalah yang bertaruh nyawa melahirkan Suamiku ke dunia ini. Ya bu, aku paham perjuangan seorang Perempuan untuk melahirkan anaknya. 

Tapi, Bu begini saja, aku memaafkan setiap perilaku dan kata-kata darimu, dan engkau maafkan aku. Memang tidak sederhana, sebab rasa kesal ini melibatkan perasaan yang dalam. Aku adalah orang yang pandai menyimpan termasuk luka dan rasa kecewa. Butuh waktu yang lama bagiku untuk pulih, yaa sangat lama, tapi akan aku usahakan. 

Dan jika sesekali aku berbicara karena perbedaan pendapat antara kita, maka belajarlah untuk menerima, jangan menutup diri dan malah menyalahkan. Mari sama-sama memperbaiki, saling mengintrospeksi dan jangan berlindung dalam kalimat, "Ya aku memang begini,". 

Aku perlu ingatkan bahwa aku adalah anak perempuan yang dilahirkan dengan perjuangan bertaruh nyawa oleh Ibuku. Yang dirawat dan dikasih makan dengan makanan terbaik oleh nafkah dari Bapakku. Yang disekolahkan dengan harapan-harapan baik dari orangtuaku agar aku kelak menjadi manusia yang menjadi "berkah" bagi banyak orang, termasuk anakmu. 

Jadi Bu, sama dengan dirimu yang ingin anaknya diperlakukan dengan baik, begitu pula Ibu Bapakku. 

...

Banyak sekali teman yang bercerita tentang hubungan dia dengan mertua perempuannya. Memang banyak luka, memang banyak tangis, memang banyak kecewa. Tapi, semoga tulisan ini bisa sampai ke banyak orang agar kita saling mengintrospeksi diri dalam hubungan yang "sensitif" antara menantu perempuan dan mertua perempuan. 


Surat untuk Adik Laki-Lakiku, dari Kakak Perempuanmu yang Banyak Kurangnya.

Adikku sudah besar!

Dik, saat aku menulis ini untukmu, mungkin kamu sedang sibuk mengerjakan pekerjaan kantormu. Katamu, kamu sudah besar dan dewasa sekarang, permasalahan tak hanya soal minta uang buat jajan. 

Gimana Dik dunia orang dewasa? Apa yang berbeda dengan dunia masa kecilmu? Pasti beda ya ? Ya memang benar! Dunia orang dewasa banyak kejutan tapi gak ada sekolahnya. Kadang-kadang kita dipaksa belajar otodidak tanpa pertanyaan siap atau tidak.

Banyak yang berubah ya Dik? 

Sawah depan rumah yang dulu sering dipakai bermain bola sekarang sudah mulai dibangun rumah-rumah warga. Selokan yang dulu tempat kita mencari ikan, sekarang dipenuhi sampah dan warnanya cokelat tidak karuan. 

Tapi tidak dengan status kita, Dik. Kamu adalah adik laki-lakiku yang sampai kapanpun akan tetap menjadi adik laki-lakiku, dan aku adalah kakak perempuanmu yang sampai kapanpun akan jadi kakak perempuanmu. 

Baik dan buruk, ikatan kita tidak akan terpisah sampai kapan pun. Sebab, dalam tubuh kita mengalir darah yang sama, yang sampai kapan pun tidak akan pernah menjadi berbeda. 

Hari ini kamu telah tubuh dewasa menjadi seorang Pria. Yang dulu bisa aku suruh ini itu, sekarang sudah bisa memutuskan mana yang ingin kamu lakukan, mana yang tidak. Mana yang bermanfaat buat kamu, dan mana yang tidak. Bahkan terkadang untuk beberapa hal, kamu jauh lebih dewasa menyikapi dari pada aku. 

Aku cenderung gampang galau, tapi kamu masih bisa berpikir tenang. Bahkan beberapa hal tentang "uang" kamu sering menceramahiku. Katamu, "mengejar uang gak akan ada ujungnya". Memang benar, tapi gak punya uang pusing juga tau!

Pagi ini, aku ingin menuliskan sebuah surat untukmu. Tak banyak, tapi semoga apa yang menjadi pesanku untukmu menjadi kalimat-kalimat jitu kelak ketika kamu menjadi seorang Suami. 

...

Dik, kelak kamu akan mengucapkan ijab qabul di depan Bapaknya atau Wali dari anak perempuan yang kamu cintai. Saat itu, mungkin aku akan jadi orang yang akan menitikkan air mata paling banyak tanda bahagia bercampur haru. 

Ah, membayangkan nya saja membuatku tersenyum sekarang, apalagi kelak saat menyaksikannya. Pasalnya, aku teringat saat kamu masih bisa kugendong dulu. Pernah suatu ketika ada orang-orang yang membully-mu, dan aku adalah orang pertama yang mengejar mereka dan berteriak, "Jangan ganggu adikku,". 

Dik, perempuan yang kelak menjadi pendamping hidupmu adalah dia yang dibesarkan dengan cara terbaik oleh Ibu Bapaknya. Yang dilahirkan kedunia ini dengan pengorbanan bertaruh nyawa Ibunya dan diberi makan hasil mencari nafkah Bapaknya. Tentu Dik, Bapaknya akan memberikan makanan terbaik yang dia bisa beli untuk anak-anaknya. 

Begitupula Ibunya, yang setiap hari menyuapinya, mendidiknya dan merawatnya dengan sangat baik dan penuh cinta. Tentu Dik, ketika dia datang ke keluarga kita harus kita sambut dengan sambutan paling hangat yang kita bisa. Kita harus mengupayakan cara-cara terbaik agar dia nyaman berbaur dan menyatu menjadi bagian dari keluarga kita. 

Ingat Dik, saat menikah mungkin kamu adalah satu-satunya pelindung dia yang dia harapkan bisa melindungi dia setiap saat. Sebab, Bapaknya yang bisa melindunginya tak bisa lagi dia ajak ke rumah tempat dimana kalian akan tinggal. Maka, lindungilah dengan cara-cara terbaik Dik. Upayakan perlindungan untuknya dan jangan biarkan dia meneteskan air mata karena kamu tidak bisa melindunginya. 

Kelak, jika dia berbeda pendapat dengan Ibu tentang pengasuhan anakmu, maka kamu harus mendengarkan keduanya, bukan membela salah satu. Kamu harus berani menegur yang salah, sekalipun jika Ibu kita yang salah. Tentunya, kamu harus menegur Ibu dengan cara yang paling lembut, sebab bagaimana pun Ibu adalah yang melahirkan kamu ke dunia ini. Begitu pula ketika Istrimu yang bersalah, maka kamu harus menegurnya dengan cara yang paling lembut, jika ada carilah cara yang tidak membuatnya sakit hati. 

Tapi, aku selalu berdoa Dik, semoga Istrimu adalah Istri yang baik terhadap keluarga kita. Yang menganggap kita adalah sebuah keluarga dan menjadikan pelukan Ibu seperti rumahnya juga. Dan kita pun harus memperlakukan dengan sangat baik, sama halnya seperti aku padamu dan juga ibu padamu. Jika Ibu kita khilaf beberapa waktu, maka tugasmu untuk mengingatkan. 

Kelak, aku ingin jadi ipar yang menyenangkan untuk istrimu. Yang tidak kuanggap sebagai ipar tapi adik kandung sendiri. Karena, dengan dia adik kecilku akan menghabiskan waktunya dan tentu dia adalah orang yang kelak akan menjaga dan merawat dirimu ketika tua nanti. 

Dik, kutitip, tolong berjanji padaku bahwa kamu akan menjaganya dari hal-hal yang membuatnya terluka. Dari segala sesuatu yang membuatnya kecewa, pun dari segala sesuatu yang membuatnya menangis. Jangan sampai dia menangis sendirian sedang kamu tidak tahu apa yang dia tangisi.

Jika terbesit hati untuk menyakiti, maka bayangkalah diriku, seorang Perempuan yang juga mendedikasikan hidup untuk menjadi Istri dari seorang laki-laki yang juga awalnya asing di keluarga kita, tentu kamu ingin aku diperlakukan sangat baik olehnya, maka Dik, perlakukan kelak Istrimu dengan cara terbaikmu. 

Istrimu akan jadi Ibu dari anak-anakmu. Bagaimana anak-anakmu memperlakukan Istrinya, tergantung dari kamu memperlakukan Ibunya. Berbaik-baiklah padanya Dik. Jangan sampai ada tetesan air mata kesakitan maupun kecewa yang turun dari pelupuk matanya. 

Jadilah Suami yang memang layak dihormati sebagai Suami, bukan karena kewajiban seorang Istri berbakti pada Suami. Jangan berlindung dibalik tameng apapun untuk menjadi Suami yang dihormati, tapi buktikan karena engkau memang layak menjadi Suami yang ditaati. 

Review Dokter Anak di Jakarta Utara dr. Isabella Riandani, SpA, Check It Out Guys!


Hi Guys,
Gimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan baik ya, tapi kalau sedang sedikit tidak baik juga gak apa-apa kok.

Nah, kali ini aku mau sharing pengalaman aku tentang salah satu Dokter Anak di Jakarta Utara yang menurut aku wajib banget aku rekomendasikan. Mungkin dari Ibu2 atau Bapak2 disini ada yang sedang mencari rekomendasi Dokter Anak buat anak tersayang? Yuk check it out guys! 

Jadi awal ketemu sama Dokter Isabell ini adalah pas mau lahiran anak pertama. Nah, aku denger-denger kalau Dokter Isabell ini jarang kasih obat (ternyata ini jadi pertimbangan orangtua ketika memilih Dokter Anak yang aku juga baru tahu). 

Pas ditanya waktu itu Dokter Anaknya siapa, kebetulan pas katanya adanya Dokter Isabell, yaudah tuh kita pilih lah beliau. Seperti biasa ya, peran Dokter Anak pas lahiran apa aja gak perlu aku jelasin. Nah, pas visit ngobrol-ngobrol ternyata penjelasannya detail. Dan waktu itu kan Abang Guan sempat kuning karena aku pertama kali dan worry justru Dokter bener-bener menenangkan. 

Dokter Isabell itu praktek di RS Mitra Kelapa Gading dan beliau ada dari Senin sampai Sabtu mulai jam 07.00 sampai jam 13.00. Pas zaman covid dan mau vaksin tuh enak banget jadi gak ada drama antri-antrian karena kita datang sesuai dengan jam yang sudah ditentukan. Intinya so easy banget!

Menurut pengalaman, Dokter Isabell itu emang komunikatif orangnya dan menjelaskannya juga engga jelimet langsung to the point. Anakku yang pertama cocok banget sama Dokter Isabell, jadi kalau pas sakit itu ibaratnya kalau udah dipegang sama Dokter Isabell sembuh dia. Mungkin karena Dokter udah tahu history-nya juga ya jadi bisa kasih advice pengobatan yang tepat. 

Udah gitu Dokter Isabell ngasih nomor handphone ke pasienya dan selama ini ketika aku tanya always jawab tentunya dengan penjelasan beliau yang mudah dipahami. Soal kecepatan bales WA sih tergantung beliau lagi sibuk atau engganya yah, kadang cepet kadang emang lama karena emang beliau itu pasiennya banyak banget. 

Oya, untuk alamat RS Mitra Kelapa Gading itu ada di Jl Raya Gading Kirana No.2 Rt.18 Rw.8 Kelapa Gading Jakarta Utara atau kalian tinggal search di google dan klik direction ya. 

Nah, biasanya sih Ibu2 pada tanya soal harga, karena disadari atau tidak ya harga menjadi pertimbangan saat kita memilih Dokter atau saat kita hendak konsultasi ke Dokter. Kalau soal harga Dokter menurut aku biasanya ngerefers ke Rumah Sakitnya. Untuk Dokter Isabell sendiri konsultasi Dokternya start dari 380 ya. Tapi, kalau menurut aku dengan fasilitas yang ada harga segitu worth it sekali.

Hanya saja, menurut aku Dokter ini bukan Dokter Anak Tumbuh Kembang, jadi paling kalau pas di vaksin dicek yang basic-basic aja engga detail. Menurut aku kalau misalnya Dokter Anak kita itu spesialis tumbuh kembang / konsultan tumbuh kembang kita dapet combo aja gitu. 

So far untuk konsultasi anak aku sih merasa enak ya sama beliau. Pernah sih coba-coba cari Dokter yang dekat rumah, tapi anakku yang pertama ini cocoknya sama beliau, jadi ya kita balik lagi ke RS Mitra Kelapa Gading.

Nah, Ibu2 disini ada yang punya rekomendasi Dokter Spesialis Anak lain? Yuk infokan dikolom komentar. 

Pengalaman Melahirkan dengan Metode ERACS, Gimana Sih? Check It Out !


Hi Ibu,

Tulisan kali ini akan bercerita tentang pengalamanku melahirkan secara sesar dengan metode ERACS. Buat Ibu yang penasaran yuk baca sampai selesai ya. Oya, aku tekankan bahwa ini adalah pengalaman yang aku rasakan, artinya bisa aja yang dirasakan oleh orang lain berbeda. 

Kita mulai ya, Bu? 

Jadi, hamil yang kedua ini persiapannya memang sangat nyantai banget menurut aku. Mulai dari kontrol ke dokter yang kadang telat beberapa hari dari jadwal, persiapan baju dan lain-lain untuk anak aku bener-bener selow banget. Tapi, kalau dari segi kesehatan, yang kedua ini aku merasa lebih "jompo". 

Mungkin karena hamil yang pertama dulu aku hampir 6 bulan WFH, sedangkan yang kedua aku fully ngantor dan naik ojeg, jadi pas perut udah masuk ke usia 8 bulan bener-bener udah engap dan pegel banget. Bahkan saking pegelnya aku pernah tuh kondisi macet, terus ujan, dan aku nangis hahaha. 

Kontrol tanggal 11 November 2022. Kondisi aku gak ada masalah, cuma memang tensi agak rendah tapi itu bukan hal yang berarti. Ini bisa jadi karena aku mulai gak bisa tidur nyenyak. Yaa, you know lah udah gak bisa gerak, kebangun karena gelisah menunggu kelahiran, dan sebagainya. Intinya sih kata Susternya bisa jadi karena kurang tidur aja. Hanya saja, pas di cek perkiraan berat badan bayi hasilnya di 3,8 kilogram. Kaget dong aku, kok bisa gede banget? Padahal 2 minggu sebelumnya beratnya di 2,8 kilogram (kalau gak salah).

Padahal pas hamil pertama abangnya, brojol itu di berat 3,5 kilogram, nah adiknya ini masih di usia 37 weeks udah 3,8 kilogram. Akhirnya, Dokter nyuruh aku buat CTG dan tes Darah. Nah, tes darah disini aku dicek nilai gula darah sewaktu dan HbA1c. 

Oya, aku kontrol kandungan di RS Mitra Kelapa Gading sama Dokter Stella, sama persis dengan abangnya dulu lahiran. Singkatnya, aku langsung ke lantai 2 buat CTG. Aku masuk ke sebuah ruangan, lalu Suster masangin alatnya, dan aku disuruh mencet kalau misalnya ada gerakan. CTG berlangsung selama 30-45 menit. Hasil CTG bagus, terus aku diarahkan ke Lab buat cek darah. 

Nilai Gula Darah Sewaktu aku masih normal, harusnya berarti gak ada masalah. Nah, kalau yang HbA1c ini buat ngelihat kayak trendline gula darah aku selama 3 bulan terakhir. Tujuannya pengecekan ini buat ngelihat apakah ada resiko diabetes atau tidak mengingat berat dari janin di angka 3,8 kilogram. 

Soal harga, kalau di RS Mitra Kelapa Gading CTG itu sekitar 315 ribu dan cek darah (gula darah sewaktu & HbA1c itu sekitar 500 rb). Hasil HbA1c bisa dikirim lewat email jadi tinggal request aja. So, aku langsung pulang deh, dan akan kontrol lagi di tanggal 18 November 2022. 

.....

Kembali aku singkat ceritanya. Tanggal 18 November 2022 pun tiba, aku kembali kontrol ke RS. Masuk ke ruangan Dokter seperti biasa ditanya ada keluhan or tidak. Oya, hasil dari HbA1c aku juga bagus ya, jadi kata Dokter aman gak ada indikasi diabetes. Nah, yang bikin aku kaget pas dicek ternyata berat badan bayi itu 3,2 kilogram. 

Aku sama suami sampek lihat-lihatan karena kaget bisa turun sejauh itu. Atau mungkin yang minggu kemarin itu salah ya? Nah, Dokter coba lagi tuh USG buat memastikan berat badan bayi dan hasilnya tetap di 3,2 kilogram. Posisi bayi bahkan bergerak kepalanya disamping gak di bawah. So, fix lah kalau kayak gini aku pasti di SESAR hahaha. 

Aku sempet tanya sama Dokter dengan kondisi yang turun seperti itu apakah berbahaya buat bayinya? Kata Dokter sih gak ada insya allah. Cuma, ya itu ujung-ujungnya emang aku harus di sesar karena posisi bayi yang ke bawah dan katanya pinggul aku kecil. 

HPL aku itu di 3 Desember tapi Dokter bilang takut keburu mules jadi akan dipercepat sekitar di tanggal 22 atau 23. Akhirnya Suamiku memutuskan akan lahiran ditanggal 23 karena tanggal 22 doi ada meeting (masih aja mikirin kerjaan wkwkw). 

Sejak saat itu, mulailah hati ini gundah gulana deg-deg an gak karuan. Gak boong loh aku sampek sakit kepala mikirin nanti gimana lahiran. Kata orang2 sih harusnya lebih tenang karena udah tahu kayak gimana, nah kalau aku justru karena tahu seperti apa fase-fase merasakan sakitnya pas kapan dan sakitnya kayak gimana jadi aku bener-bener was-was hahaha.  

Singkat cerita, tanggal 23 November 2022 berangkatlah aku dan suami ke RS, Perjalanan sekitar 45 menit dan di mobil aku makin gak karuan. Haha. Gak lama, akhirnya kita sampai di RS langsung menuju counter rawat inap buat urus administrasi. Karena kita pake asuransi jadi tinggal kasih kartu asuransi abis itu dianterin sama Suster ke lantai 2. 

Seperti biasa, ke lantai 2 buat CTG, rekam jantung, pasang infus, cukur bulu kemaluan, dan lain-lain. Setelah selesai, langsung disuruh ke kamar perawatan buat nunggu operasi jam 13.00. Nah, sebenernya ERACS itu apa sih?

ERACS merupakan protokol baru pada metode persalinan operasi caesar, yang bertujuan untuk mempercepat proses pemulihan dengan mengoptimalkan kesehatan ibu sebelum, selama, dan setelah menjalani persalinan caesar (Sumber : www.alodokter.com).

Perbedaan ERACS dengan metode sesar konvensional salah satunya dari waktu puasa, kalau sesar konvensional kita mesti puasa 8 jam sebelum operasi, kalau ERACS kita puasanya cuma 6 jam. Terus, 2 jam sebelum operasi kita masih boleh minum air putih atau minuman yang mengandung gula untuk bekal tenaga selama operasi.

Jam 13.00, Suster info kalau Dokter sudah siap, so aku langsung dibawa menuju ruang operasi. Kalau ditanya rasanya gimana? Deg deg an banget meskipun ini yang kedua kalinya yah. Cium tangan suami dulu abis itu masuk deh ruang operasi. 

Sebelum operasi kita akan dimasukkan dulu ke ruangan yang kalau mudahnya itu kayak ruang transit yang akan dan sudah dioperasi. Aku nunggu sekitar 20 menit abis itu di bawa ke ruang operasinya. Disini udah ada Dokter Anestesinya, aku emang request sama Dokter Loyd Yahya (bapaknya Afgan hehe) karena pas sesar pertama sama beliau juga. 

Disuruh bungkuk sambil duduk buat mulai anestesi, dan hiyaah ternyata kali ini kerasa sakit. Kaki kiri aku kayak kelonjotan tapi sekali doang. Aku sampai tanya ke Dokternya, "Dok kok sakit?" hahaha dengan polosnya. Soalnya, yang pertama itu aku beneran gak ngerasain sakit sama sekali. Nah, setelah anestesi masuk ya seperti biasa kaki mulai kesemutan dan lambat laut dicubit pun gak kerasa. 

Informasi yang aku dapat perbedaan ERACS dengan yang sesar kovensional dalam segi anestesinya lebih sedikit, artinya dosis yang dipake lebih sedikit gitu kali yah. Mungkin ini relate dengan yang ternyata lebih cepet abisnya sehingga aku cepet merasakan sakit hahaha. 

Kalau proses operasinya sih kayak biasa gak ada yang beda, cuma mungkin katanya yang aku baca pisau yang dipake lebih kecil dan minimal trauma pada kulit, nah ini aku lupa gak nanya ke dokter bener atau enggak hehe. 

Kalau yang aku perhatiin, durasi waktu yang pertama sama yang sekarang itu lebih lama yang sekarang. Aku masuk ruang operasi dan baru balik ke ruang perawatan sekitar pukul 15.15. Abis di observasi aku di bawa ke ruang perawatan lalu Perawat ngecek pendarahan aku dan ternyata darah yang keluar cukup banyak. Ini wajar karena rahim masih kontraksi. Cuman, aku ngerasain perutku suakitttttt banget kayak jatoh gitu perutnya. Sumpah, ini lebih sakit dibandingkan yang pertama. 

Boro-boro bisa joget tiktok ya guys, aku bener-bener gak berdaya karena rasa sakit ini sumpah. Abis gitu Perawat info ke Dokter dan aku segera dikasih obat nyeri nya. Jadi, sore ampek malem itu aku beneran nangis nahan sakit. Untungnya selang kateter baru dicabut besok paginya, dan mau gak mau aku harus belajar jalan segera. 

Subhanallah, baru pertama sih aku ngerasain sakit kayak gini, jalan susah minta ampun dan bener-bener sakit, ampek nangis terus-terusan mau digendong tapi badanku segede gajah kasian suami aku hahaha. Nah, kalau yang pertama pas hari kedua itu rasa sakitnya udah berkurang, kalau ini aku ngerasa masih sakit "banget", aku gak tahu ya ini pengaruh pake metode ERACS atau karena ini SC yang kedua. Tapi, aku lebih jompo yang sekarang. 

Singkat cerita karena aku harus segera pulang jadi mau gak mau harus belajar jalan terus biar kuat, karena kita pulang bertigaan ke Cimanggis jadi aku harus kuat gendong anakku. Meskipun pas dari ruang bersalin ke parkiran aku naik kursi roda dibantuin sama Perawatnya. 

.....

Nah, jadi itu pengalaman aku lahiran pakai ERACS. Jujurly, aku gak tahu ya "lebih sakit" ini apakah pengaruh pake ERACS atau karena SC yang kedua. Tapi yang jelas, operasi yang kedua ini aku ngerasain sakit yang berlebih haha, dan abis pulang ke rumah pun aku bener-bener masih ngerasain sakit bahkan di hari ke 7 itu kayak balik lagi ke hari ke 2 rasa sakitnya. 

Mungkin hal ini akan berbeda juga ya dirasain orang-orang yang berbeda pula, nah itu yang bisa aku share untuk Ibu-Ibu semua, semoga bermanfaat yah. 


Kenapa Penting Sekali Menemani Ibu yang Baru Melahirkan?

Hi Ibu,

Tulisan ini aku dedikasikan untuk orang-orang yang barangkali belum paham betapa pentingnya Ibu yang baru melahirkan untuk ditemani. 

Seorang Istri berbicara pada Suaminya, "Apakah sodara-sodaramu sudah mengetahui kalau aku sudah melahirkan?" lalu sang Suami menjawab, " Sudah, kenapa memangnya?", sang Istri kembali menjawab, " Kok tidak ada yang nengok?". Sang Suami terdiam, barangkali memang apa yang dikatakan oleh Istrinya adalah sebuah kebenaran. Bahwa tidak ada Sodaranya yang menengok Istrinya setelah melahirkan.

Sebenarnya, perkara tengok menengok bukan hal yang penting. Tapi, kalau kita melihat budaya di Desa dimana ketika ada yang melahirkan, Sodara dan juga tetangga berbondong-bondong untuk menengok. Bahkan, malam harinya terkadang mereka menginap agar sang Ibu yang baru melahirkan tidak merasa kesepian. Mungkin, inilah kenapa di Desa jarang ada baby blues kali ya? Hehe. 

Setelah melahirkan baik sesar maupun normal, seorang perempuan tetap membutuhkan orang lain untuk membantunya. Namun, tidak semua memiliki orang terdekat yang peka untuk memberikan bantuan tanpa diminta. Sehingga, mereka melakukannya sendirian. Mulai dari malamnya begadang, paginya beberes rumah, menyiapkan makanan, mencuci baju, dan sebagainya. Hingga sebenarnya mereka merasa lelah, namun tidak dirasa dan menumpuk pada akhirnya burnout.

Apalagi, bagi mereka yang baru pertama kali memiliki bayi. Proses adaptasi dari sendiri menjadi seorang Ibu butuh perjuangan yang tidak main-main. Tak jarang bahkan pada akhirnya mereka merasakan apa itu baby blues yang sangat menyiksa. Sayangnya, tidak semua paham fenomena baby blues ini dan menganggap bahwa hal tersebut adalah bukti bahwa si perempuan tidak cukup kuat, katanya. Padahal, baby blues itu nyata!

Disinilah sebenarnya letak pentingnya kenapa seorang Ibu yang baru melahirkan perlu ditemani. Dia pasti akan dituntut untuk segera memberikan ASI pada anaknya. Sementara, jika dia sendirian siapa yang akan memasak? Siapa yang akan menyiapkan makanan? Sementara, cuti suami hanya 3 hari, sisanya dia harus berjuang sendiri. Belum kalau dia juga punya anak yang pertama, tentu pasti yang menjadi prioritas seorang Ibu adalah anak-anaknya, dan dia lupa untuk memperhatikan dirinya sendiri.

Maka, penting bagi kita jika memiliki anak, menantu, kakak, adik yang baru melahirkan hendaklah bantu tanpa harus diminta. Temanilah dia ditempat yang membuat dia nyaman, jangan paksa dia untuk berusaha nyaman ditempat kita, sebab kondisinya tentu masih labil, bisa saja dia semakin stress dan bisa berpengaruh pada produksi ASInya. 

Sebagai seorang Suami, hendaklah peka dengan gelagat sang Istri. Tentu, tidak semua Istri memiliki keberanian untuk mengutarakan pendapat yang membuatnya gelisah, disanalah letak Suami untuk pro aktif. Hendaklah meminta bantuan sang Ibu untuk menemani Istrinya dirumahnya agar ada teman.  

Tugas yang "menemani" sebenarnya sederhana, dia bisa membantu si Ibu menenangkan si kecil ketika Ibu ingin makan dan si kecil rewel, itu saja. Tapi memang ada beberapa orang yang merasa kalau ada "teman" itu ada teman untuk ngobrol jadi tidak ada waktu untuk melamun yang akhirnya bisa membuat baby blues. 

Menurutku, dukungan dari orang-orang terdekat sangatlah penting bagi Ibu yang baru melahirkan. Sebab, kondisi Ibu yang baru melahirkan tentu tidak stabil dan masih membutuhkan bantuan. Dukungan ini tentunya akan membantu si Ibu agar terhindar dari baby blues. Meski dia terkena baby blues pun dia tidak merasa sendirian sehingga terhindar dari hal-hal negatif. 

Hal yang bisa kita lakukan adalah mencoba untuk membantu, namun kita bisa tanya dulu karena pada beberapa orang ada juga yang memilih untuk sendirian daripada ditemani oleh orang lain. Khawatirnya malah membuat ketidaknyamanan. Tapi, menurutku kalau baru melahirkan kayaknya kita emang masih butuh bantuan. Apalagi kan malemnya pasti kita begadang menyusui si kecil. 


Review Konsultasi Kehamilan sama dr. Febriansyah Darus, Sp.OG (K) di Brawijaya Saharjo


Hi guys! Welcome back, setelah sekian lama akhirnya aku kembali nulis diblog ini. Lagi-lagi doain yaa semoga istiqomah. Ahaha. 

Loh, kok judulnya konsultasi kehamilan? Hahaha, iya guys alhamdulillah dikasih rezeki sama Gusti Allah untuk mengandung insya allah adiknya Abang Guan nih. Doain lancar-lancar ya. Jangan lupa MasyaAllah Tabarakallah nya ya :)

Oke, seperti judul diatas kali ini aku bakal sharing pengalaman konsultasi sama salah satu dokter yang terkenal. 

Sebelum lanjut, jangan lupa buat follow instagram aku ya @viamardiana dan juga @mamikerjadulu. Hihihi. Kalau ada yang mau follow tiktok juga boleh @viamardiana_ hehe.

Singkat aja! 

Nah, kenapa kok bisa ke Dokter Febri? Jawabannya karena saat itu kebetulan dokter Stella gak ada jadwal yang after office, sedangkan saat itu udah cukup lama kita gak kontrol kandungan hahaha. Jadi, cari-cari deh dokter yang praktek after office. 

Nah, sebenernya aku udah follow dokter Febri ini sejak lama dan ngikutin postingannya, cuma emang pas hamil abang Guan kita udah fixed buat lahiran sama dokter Stella di Mitra Kelapa Gading aja, karena emang deket sama tempat tinggal. Nah, sekarang kita udah pindah ke Cimanggis, so RS Mitra Kelapa Gading jauh juga kan hehe. Jadi, carilah kesana kemari rekomendasi dokter kandungan.

Kalau lihat dari bio di instagram, dokter Febri ini praktek di 3 rumah sakit, yakni RSPAD, Kemang Medical Care, dan Brawijaya Saharjo. Sebenernya kalau dari kantor itu lebih deket ke Kemang Medical Care, tapi entah kenapa rasanya hati ingin ke Brawijaya Saharjo saja. 

Singkat cerita (lagi), proses booking di Brawijaya Saharja easy banget guys! Tinggal download aplikasi Brawijaya Healthcare aja. Dan itu udah otomatis dapat antrian. Di zaman yang menuntut serba cepat ini, salah satu terobosan RS yang punya sistem antrian online ini menurut aku ngebantu banget. Jadi, kita gak mesti datang ke RS buat nulis antrian lagi. 

Pas pertama kali ke RS Brawijaya Saharjo, aku naik GrabCar dari Kantor. Karena pas jam pulang kerja jadi jalanan emang macet dimana-mana. Tapi, kalau naik GrabCar setidaknya gak pegel wkwkw (bukan manja, tapi emang sumpah kalau lama-lama naik motor pegel banget). 

Nah, tapi sebelumnya aku mau infoin jadwal prakteknya dr. Febriansyah Darus, Sp.OG (K) di RS Brawijaya Saharjo dulu ya. 



Nah, saat itu aku kebagian antrian ke 5. Pas datang karena aku pasien baru, kita harus daftar dulu dibagian pendaftaran buat dapet no rekam medik. Abis itu, langsung ke bagian praktek poliklinik. Seperti biasa, kalau cek kehamilan kita diarahkan ke Nurse Station buat ditimbang dan di cek tekanan darah, abis itu tingga nunggu dipanggil deh. 

Pendapat aku sih ya, ini rumah sakit kayaknya "private" banget alias ekslusif. Terus Nurse yang jaga juga ramah-ramah. Waktu itu aku nunggu memang agak lama, jadi di jam 19.30 aku baru masuk ruangan dokter. 

Masuklah ke ruangan dokter, seperti biasa ditanyain ada keluhan lalu ditanya-tanya anak ke berapa dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Terus, aku disuruh berbaring buat USG. Pas USG Dokternya ngejelasin detail banget dan gampang dimengerti. Dijelasin secara lengkap bagian tubuh kondisi bayi dan lain-lain. Nah, kalau ada pertanyaan DOKTERNYA RAMAH GAK? Jawabannya BANGET! Terus, DOKTERNYA INFORMATIF GAK? Jawabannya, INFORMATIF. 

Jadi, saking detailnya sama yang beliau jelasin aku jadi bingung mau nanya apa. Hahaha. Suami juga gak banyak nanya. Pas USG memang agak lama ya, karena dia bener-bener detail banget. Oya, pas pertama kali datang aku masih USG 2 Dimensi ya, bukan fetomaternal. 

Dokternya bener-bener ngejelasin secara rinci dan detail banget kondisi janin. Pas pertama kali datang itu, aku emang udah bawa hasil cek lab ya karena kebetulan di Dokter sebelumnya emang udah disuruh cek Lab. Karena sebelumnya belum diintruksikan untuk cek Feritin dan Vitamin D, maka Dr. Febri nyuruh aku buat cek 2 items ini nih guys. 

Nah, selanjutnya pasti ada yang penasaran kan sama harga? Berapa sih harga konsultasi? Berapa sih harga USG? Sebagai clue saja, aku kasih start from aja ya, hehe. Kalau aku buka kwitansi disini nanti gimana gitu. Hehe. 

Untuk konsultasi sendiri start form 600 ribu. Nah, di RS ini tiap dokter beda-beda ya. Terus untuk USG 2 dimensinya sendiri start form 500 ribu dan ada biaya admin sekitar 70 ribu. Kalau menurut aku memang agak mahal ya, tapi balik lagi ke kondisi kantong masing-masing. 

Oke guys, mungkin itu dulu ya yang bisa aku share. Nah kalau kalian punya pengalaman tentang konsultasi kehamilan di Dokter yang ada di Jakarta boleh dong share di comment.

Thankyou :) 








Untuk Para Suami, Jika Sebelum Menikah Engkau Adalah Seorang Pangeran

Tulisan ini, aku dedikasikan untuk para Suami dan Bapak keren diseluruh dunia. Tidak ada maksud menggurui tapi lebih kepada ajakan bekerja sama menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga. Sebelumnya, terimakasih yaa atas setiap tetes keringat yang sudah engkau berikan untuk keluarga kecilmu. 

Untuk para Suami, jika sebelum menikah engkau adalah seorang pangeran, maka setelah menikah engkau perlu tahu bahwa rumah tangga adalah soal kerja sama antara aku dan dirimu. Antara dua orang asing yang dipertemukan, lalu memutuskan untuk tinggal dalam satu atap dalam ikatan pernikahan. 

Tentu, yang namanya kerja sama artinya dua-duanya terlibat dalam semua proses yang ada dalam rumah tangga. Tidak ada perihal hanya satu orang yang bahagia, atau satu orang yang sedih. Jika bahagia, maka harus dibagi bersama. Jika bersedih pun, harus dibagi bersama. Begitu konsep dalam kerja sama yang kita ketahui, jika berbeda silahkan berpendapat. 

Mungkin dulu, engkau dimanja sedemikian rupa oleh orangtuamu. Bahkan tidak dibiarkan untuk menyentuh piring kotor di westafel padahal bekas makan sendiri, tapi ketahuilah setelah menikah hal itu akan berbeda. Bisa jadi istrimu sedang mengurus anakmu, maka tidak ada salahnya jika engkau membantunya mencuci piring kotor bekas makan. 

Mungkin dulu, engkau tidak pernah merasakan lelah karena ingin apapun selalu sudah tersaji dimeja makan, maka sekarang jelas berbeda. Jika istrimu tak sempat memasak karena baru pulang kerja, belikanlah makan diluar atau yang lebih simpel sudah ada ojek online yang bisa membantumu membeli makanan. Lebih simpel dan tentunya meringankan tugas istrimu.

Mungkin dulu, engkau tidak pernah terkena sinar matahari karena tak biasa keluar rumah, segala yang engkau butuhkan sudah ada dirumahmu yang megah. Tapi, setelah menikah mau tak mau engkau harus mulai bersahabat dengan kondisi tersebut. Rasa lelah pasti ada, tapi itu adalah jalan mengumpulkan pahala. 

Setelah menikah tentu hidupmu banyak yang berubah. Biasanya mau main HP seharian tak ada yang melarang, kini ada sosok cerewet yang tak akan berhenti bicara agar engkau menyimpan HP mu da bermain dengan anakmu. Tenang, jangan malah emosi tapi ikutilah mau dia toh bermain dengan anak adalah hal yang menyenangkan bukan?

Untuk para suami, jika sebelum menikah engkau adalah seorang pangeran maka pahamilah bahwa kita sedang membangun kerajaan kita sendiri sekarang. Engkau bukan seorang pangeran lagi, tapi seorang Raja yang harus bertanggung jawab atas istana beserta isinya. Tentunya, kerajaan yang akan mencapai masa kejayaan jika dipimpin oleh Raja yang bijaksana, bukan oleh sosok Raja yang doyan main HP sambil rebahan tanpa pergerakan.