Pengalaman Mistis Saat Pendakian Gunung Gede, Yakin Mau Baca?

Edited : Canva

Kejadian ini aku alami sekitar tahun 2012, pas masih kuliah. Seperti biasa, sejak tergabung dalam perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam atau MAPALA, aku yang si anak rumahan ini menjadi lebih "berani" untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah aku lakukan. Maksudnya, dalam hal positif ya. Hehe.

Karena aku kuliah di Bogor, which is dekat sekali dong dengan beberapa Gunung yang ada di Jawa Barat. Salah satunya adalah Gunung Gede-Pangrango. Biasanya aku naik gunung dengan teman-teman MAPALA-ku, nah saat itu aku naik gunung dengan teman-teman kelasku.

Hari senin-nya kita udah koar-koar siapa yang mau ikut naik gunung. Saat itu, yang ikut hampir 20 orang, dalam hati wah banyak juga nih. Kalau aku ketika ngajak orang naik gunung, aku jelasin dulu kalau naik gunung itu beda dengan aktifitas yang lain. Jadi, secara fisik kita harus mempersiapkan diri kita jauh-jauh hari. Sehingga, aku undur ke minggu depan-nya agar yang lain bisa setidaknya olahraga terlebih dahulu.

Singkat cerita, hari kamis eh ternyata banyak yang mengundurkan diri gak jadi ikut dengan berbagai alasan. Kalau gak salah waktu itu sisa hanya bertiga saja. Yasudah aku bilang kita cancel saja dulu rencananya, tapi temanku si Cacing (nama samaran) bilang, "Jadiin aja, kita udah persiapan, nanti gue ajak adik kelas gue," katanya. 

Akhirnya, kami pun memutuskan untuk tetap naik gunung dengan personil 6 orang, yakni aku, Domba, Cacing, Harimau, Buaya, dan Papatong. Hari kamis malam aku dan Cacing mempersiapkan barang-barang yang akan dipacking agar besok tidak terlalu ribet. 

Nah, hari pendakian pun tiba. Kami berenam pergi ke basecamp Gunung Putri menggunakan motor. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam-an. Dan kita sampai di basecamp Gunung Putri sekitar jam 5 sore. 

Waktu itu kondisi cuaca hujan rintik-rintik jadi kita sengaja berteduh dulu menunggu hujan berhenti. Kita pun sempat berpoto bersama sebelum melakukan pendakian. Karena sebentar lagi mau masuk waktu magrib maka aku katakan pada teman-teman untuk kita solat Magrib dulu. Tapi, kita siap-siap dari sekarang, jadi pas selesai solat langsung bisa mulai pendakian. 

Adzan magrib berkumandang, kita sholat terlebih dahulu dan langsung siap-siap. Seperti biasa, aku selalu mengecek jam mulai pendakian. Lupa-lupa ingat, sekitar jam 6 kita udah siap dengan carrier masing-masing, lalu berdoa dan memulai pendakian. 

Awal-awal perjalanan semua masih tertawa. Tiba dipemberhentian pertama kita dicek SIMAKSI dll. Lalu, Petugasnya bertanya, "Dari kalian, siapa yang pernah naik gunung?", "Saya, Pak," jawabku. Petugasnya terlihat ragu karena aku Perempuan sendiri dan yang pernah naik gunung. Tapi, dia bilang,"Bener ya pernah? Yasudah hati-hati, nanti sampahnya bawa pulang lagi," kata Petugas. 
 
Setiap kali pendakian, kalau tidak kuingat, pasti aku catat start ketinggian berapa, setiap kali ada pos aku akan ingat kita sudah diketinggian berapa. Menurutku hal tersebut sangat penting untuk guidance kita dalam melakukan pendakian. Selain itu, aku juga harus rajin melihat jam karena untuk mengecek jika ada ketidaksesuaian dilapangan. 

Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan sangat "ceria". Ya seperti biasa, menceritakan kejadian-kejadian konyol pas kuliah lalu tertawa bersama. Setelah hampir 1 jam perjalanan, kami memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Makan cemilan dan tak lupa minum air putih masih dalam mulut yang gak berhenti bercerita dan tertawa. 
 
Sekitar 15 menit istirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Selangkah demi selangkah, kami tapaki jalanan setapak ini. Tanah basah yang membuat sepatu kami kotor, tak ayal beberapa kali tergelincir karena licin dan kembali berdiri lalu melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Kami terus berjalanan dengan harapan agar bisa segera sampai. Tujuan selanjutnya adalah Simpang Maleber. Artinya, kalau sudah sampai Simpang Maleber berarti sudah tak begitu jauh menuju alun-alun Suryakencana. 
 
Namun, semakin banyak langkah kami, kami tak juga sampai di Simpang Maleber. Kondisi teman-teman sudah mulai kelelahan. Kami bergantian membawa carrier utama. Sampai, Domba mengatakan sudah sangat kelelahan dan akhirnya aku yang kembali membawa carrier. Papatong sudah mulai emosi, "Vi, masih jauh gak? Kalau masih jauh bilang dong, jangan PHP-in gue," katanya. 
 
Situasi tim sudah tidak kondusif. Karena terlalu keletihan, kami semua menjadi mengedepankan emosi daripada berpikir jernih. Aku menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk tetap berpikir. "Ayo kita lanjut jalan lagi," kataku. Aku mencoba tenang agar tidak tersulut emosi. Karena bagaimana pun, kalau semua emosi situasi akan tambah kacau.

Kami terus berjalan meskipun sangat pelan-pelan. Selangkah demi selangkah, namun tak kunjung juga sampai di Simpang Maleber. Teman-teman meminta untuk istirahat kembali, aku pun mengizinkan karena melihat kondisi mereka memang sudah benar-benar kelelahan. Apalagi kita juga harus berhemat air karena sudah minum terlalu banyak dan juga sering akibat gak sampai-sampai. 

Aku merasa aneh. Kok tidak sampai-sampai ya?
 
Lalu, tiba-tiba aku mencoba melihat sekeliling. Dalam hati, "Bukannya tadi pernah lewat sini ya?". Seperti ada yang menyadarkan, aku segera melihat jam tangan yang menunjukkan sudah pukul 2 pagi dan kita masih belum sampai. Padahal, biasanya selambat-lambatnya kita maksimal 4-5 jam sudah sampai di Simpang Maleber. 
 
Aku mengingat ketinggian terakhir yang sudah kita lewati. Harusnya kita tidak lama lagi untuk sampai di Simpang Maleber. Aku sadar bahwa ada yang tidak beres. Tapi, aku belum bicara sama teman-teman pendakian. Sejauh ini, aku masih berpikir berdasarkan logika dulu, aku mengajak teman-teman untuk kembali berjalan. Lalu, seperti ada yang menyadarkanku. Aku ingat, tadi lewat sini. Lalu, aku menarik nafas dalam-dalam. 
 
Aku memperhatikan sekitar lagi. Tak kusangka, aku melihat sebuah plang yang berisi ketinggian lokasi dimana kita berada. Dan plang itu menunjukkan kalau kita ternyata turun. "Kok bisa?" tanyaku dalam hati. Seingatku, plang taman nasional itu berwarna Hijau dan Putih / sebaliknya. Tapi, plang ini berwarna putih dan cokelat (?) Apa iya memang ada? 

Tapi, yang membuatku merasakan ada hal yang tidak beres adalah disana tertulis mdpl-nya menurun padahal seingatku kita terus naik. Ah, entahlah! Saat itu, aku masih tetap berpikir logic untuk tetap positif thinking mungkin kami sedang kelalahan jadi hal-hal seperti ini seperti kenyataan. 

Seolah-olah seperti ada yang menyadarkan bahwa aku harus segera sadar dari kejadian ini. Aku membaca doa-doa yang aku bisa dan mencoba tetap tenang walau sejujurnya takut. Aku mengecek kondisi teman-teman untuk memastikan tidak ada yang kenapa-kenapa.
 
Lalu, aku mengajak temanku Buaya untuk menemaniku mengecek jalur. "Mang, ayok baturan (temenin) via lihat ke depan," kataku. Dan, tak sampai 10 menit aku sudah sampai di Simpang Maleber (?). Menurutku benar-benar diluar nalar tapi begitulah adanya.
 
Aku berteriak memanggil teman-teman agar ikut naik. Dan kalau tidak salah, jam setengah 3 pagi kita baru sampai di Simpang Maleber, padahal kita start pendakian dari jam 6 sore. Aku menyuruh teman-teman untuk memasang tenda, dan juga membagi tugas ada yang memasak. 
 
Aku seperti dibuat kaget dengan kejadian barusan. Duduk sambil menarik kedua kaki sambil memandangi alam sekitar. Aku mencoba merunut apa yang salah hingga terjadi hal tersebut. Dipikir-pikir, ini bukan kali pertama aku naik gunung ini dan lewat jalur ini. Dan aku selalu menghitung estimasi rata-rata jam sampai di Simpang Maleber / langsung ke Surya Kencana. 

Teman-temanku memilih untuk segera istirahat di dalam tenda. Tersisalah aku dan Domba yang sedang makan. Sebenarnya, aku ingin sekali langsung menceritakan kejadian tersebut kepadanya. Tapi, urung aku lakukan agar situasi tetap kondusif. 

Kejadian tersebut baru aku ceritakan ketika aku sudah sampai di bawah dan bersiap-siap pulang ke Bogor. Eh, apa pas di Kampus ya. Lupa juga. Tapi, satu hal yang pasti mungkin pelajaran yang bisa diambil, naik gunung apapun diusahakan jangan pas di waktu magrib. Mungkin lebih baik jika setelah isya, atau dari pagi. 

Sejujurnya, kalau ingat kejadian tersebut aku suka kebingungan sendiri. Seperti tidak nyata, tapi aku alami sendiri. Wallahualam!
 
 

No comments