Ketika Alasan Resign Bukan Lagi Soal Gaji yang Terlalu Sedikit

Dokumentasi Pribadi


Tulisan ini aku dedikasikan untuk mereka yang dengan berani untuk memutuskan berhenti menjadi Karyawan dan juga untuk mereka yang masih berjuang untuk bertahan menjadi seorang Karyawan. 

Ada satu teman, atau bisa kuanggap sebagai "kakak senior", cukup dekat dan kami cukup sering untuk sekadar "curhat". Ketika aku mulai menjadi Karyawan di tahun 2016, dia sudah ada di kantor tersebut. Orangnya terlihat sebagai "alpa women", pekerja keras, dominan, dan sudah berkarir sejak usia 17 tahun. 

Tentu, dengan hal tersebut aku tidak ada sedikit pun terbesit perkiraaan bahwa dia akan memutuskan resign tahun kemarin. Ketika aku sedang cuti melahirkan, dia memberikanku informasi lewat pesan singkat bahwa dia memutuskan resign. 

Sebab kami berhubungan bukan hanya sekadar rekan kantor, aku mencoba untuk bertanya padanya terkait alasan kenapa dia seberani itu untuk resign. Ya, kutanyakan waktu itu sebagai teman bukan sebagai rekan kerja. Alasannya membuatku kaget, dia sudah berada di tahap stress ketika mendengar bunyi telpon genggam & juga tentu alasan bahwa dia pada akhirnya ingin fokus dalam merawat anaknya. 

Awalnya aku benar-benar tidak menyangka, karena melihat jabatan yang sudah tinggi, jarak yang sangat dekat dengan rumah, ku kira akan membuatnya menjadi Karyawan abadi di Perusahaan. Tapi, perkiraanku salah. Jabatan yang tinggi & jarak yang dekat bukan alasan seseorang bertahan di sebuah Perusahaan. 

Selanjutnya, seorang teman yang cukup "selalu terlihat bahagia" ketika aku melihatnya di kantor memutuskan untuk resign juga, alasannya cukup sederhana dan singkat, "lelah" dan dia pun memutuskan berhenti menjadi seorang Karyawan. 

Beralih tentang teman yang lain, yang secara tiba-tiba memberikan pesang singkat, "Vi, hari ini gw terakhir" yang membuatku terkaget-kaget. Pasalnya aku kenal dia adalah sosok fighter yang tidak mungkin untuk menyerah begitu saja. Lalu, aku tanyakan kenapa memutuskan untuk resign dengan posisi yang sebenarnya punya potensi untuk promosi, dia orangnya smart menurutku, jawabannya, "Daripada gue gila". Lalu aku tanya apakah dia sudah mendapatkan pekerjaan di tempat lain? Jawabannya tidak! Sekarang dia fokus mengurus suami dan anaknya sebagai Ibu Rumah Tangga "yang bahagia". 

Kadang kita melihat mereka yang jabatannya tinggi tidak akan resign karena gaji yang dia terima sangat besar, tapi ketika seorang Direktur memutuskan resign segera dari sebuah Perusahaan tentunya alasan tersebut bukanlah alasan yang bisa diyakini oleh semua orang. 

Kita menyangka mereka yang rumahnya dekat dengan kantor tidak akan pernah resign, tapi justru alasan mereka resign karena untuk menjaga jiwa "tetap waras". 

Kita menyangka seseorang yang brilian, dominan, pintar, cerdas, strategic thinkingnya jago tidak akan resign karena dia punya ambisi untuk jadi wanita karir, tapi ternyata dia memilih resign agar tidak gila & juga bisa fokus dengan keluarga. 

Resign tentu bukanlah akhir dari segalanya, kita akan mendapatkan waktunya, dengan segala macam reason yang masuk akal sampai tidak masuk akal, tentu tujuannya sama agar hidup "lebih merdeka". Yang jelas, kini alasan resign bukan cuma soal gaji yang sedikit, tapi juga kewarasan jiwa yang mungkin sering terlupakan oleh kita semua. 

Dokumentasi Pribadi

Resign sekarang atau nanti, aku harap kalian memang sudah berada dititik "SIAP". Terlebih bukan juga karena emosi lalu memutuskan untuk berhenti. Resign dengan badan yang tegap tentu jauh lebih terhormat. Resign karena memang sudah cukup bukan karena kalah dimakan kondisi. 

Tapi, semua keputusan ada di tangan masing-masing. Yang pasti, menurutku setiap orang berhak untuk memiliki kesehatan jiwa dan raga agar bisa memberikan sumbangsih terlebih untuk hidupnya dan keluarganya dan juga orang sekitar. 

Semoga tulisan ini mencerahkan kita semua tentang mereka-mereka yang pada akhirnya memutuskan resign bukanlah akhir dari segalanya. Dan mereka yang berani memutuskan untuk berhenti tentu sudah melewati pertimbangan matang untuk berhenti menjadi "Karyawan". 

No comments