Poto H-2 bulan menuju pernikahan |
Throwback ke masa sebelum menikah ya ...
Kayaknya aku bakal share maju mundur deh ceritanya. Tapi, intinya semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat kalian yang lagi prepare pernikahan ya.
Nah, kali ini aku bakal bahas tantangan secara psikologi yang aku dan azzam rasakan menjelang pernikahan. Secara detailnya apa yang azzam rasakan memang aku tidak tahu ya tapi aku bakal bahas konteksnya respon dia terhadap aku dan komunikasi kita.
Emosi meledak-ledak!
Yang kerasa banget adalah emosiku meledak-ledak dan azzam memilih seperti 'cuek' dengan kondisiku yang seperti itu. Setiap hal kecil rasanya berubah jadi bentuk kekecewaan, sumpah! Hal itu sebenarnya sederhana tapi bisa jadi hal yang membuat aku bersitegang.
Muncul perasaan yang egois dalam diriku pun mungkin termasuk azzam, kita kayak punya pendapat sendiri dan pengen pendapat kita yang dipakai, padahal hal tersebut engga pernah terjadi ketika kita masih pacaran (sebelum persiapan pernikahan).
Aku memang merasa hal tersebut sebagai 'ujian' dan saat rentan seperti itu ketika kami sedang 'sadar', kami saling mengingatkan, "SABAR!!". Mungkin itu cara jitu bagi kami untuk mengendalikan emosi.
Intinya ketika kalian dimasa 'persiapan' itu masing-masing harus legowo dan sadar bahwa sedang berada dalam masa 'ujian'. Percayalah, jika ditakdirkan berjodoh insya Allah semesta mendukung kebersamaan kalian.
Perbedaan pendapat muncul ke permukan, padahal biasanya aku engga ngelawan!
Bicara soal perbedaan pendapat, entah kenapa aku jadi berani melawan, bukan apa-apa sih tapi aku punya banyak pertimbangan terhadap sesuatu hal. Ambil contoh soal surat undangan saja, aku bersitegang dengan azzam karena perbedaan tata letak dan huruf. Receh engga sih? Kalau dipikir-pikir receh banget kan? haha.
Next, ke hal yang lebih krusial yakni soal baju pengantin yang pada akhirnya aku sewa perdana which is harus ngeluarin extra money untuk hal ini. Also, ini diluar budgeting kami. Tapi, ya pada akhirnya memang benar-benar sewa perdana. Pertimbanganku waktu itu, aku pengen saving money, karena after nikah pasti akan banyak kebutuhan. Tapi, azzam pengen give the best di hari pernikahan kita.
Sebenernya, pertimbangan kami berdua itu sama-sama positif tapi entah kenapa ego kita benar-benar lagi 'gila' haha. But, itulah seninya ketika kita prepare pernikahan. Dan, alhamdulillah segalanya berlangsung lancar sesuai dengan yang diinginkan.
Kekhawatiran yang muncul sebelum pernikahan
Next ya, ini hal yang lebih sensitif tapi aku pengen share ke kalian semua. Ini juga yang menyita perhatianku, tapi guys aku berhasil melewatinnya dan aku menikmatinya sekarang as a wife.
Pertama, aku khawatir engga bisa jadi istri yang baik
Well, aku pikir ini pasti jadi pikiran banyak perempuan yang akan menikah. Tapi, aku engga kasih tau ke azzam soal ini. Aku mencoba sebisa mungkin untuk positif thinking bahwa everything gonna be okay. Lalu, aku benar-benar pasrah sama takdir Tuhan. Beneran! Dititik tersebut aku benar-benar pasrah saja dan membiarkan rencana Tuhan yang berjalan.
Kedua, aku takut merasa terkungkung, ini sih jahat banget sebenernya hahaha
Jadi, kalau yang tahu aku gimana orangnya pasti hafal banget gimana engga bisa diamnya aku ini. Bisa sehari di Surabaya, besoknya ada di Madiun, dan itu emang engga mustahil karena aku punya teman disetiap daerah yang memungkinkan aku untuk bisa jalan kesana kemari. Lalu, hobiku yang seneng banget nongkrong abis kerja, yang notabene ngabisin uang (huhuhu) juga takut dilarang kalau udah nikah.
But, aku bisa melewatinya. Disadari atau tidak sekarang aku lebih pengen pulang ke apartemen ketemu suami dibandingkan nongkrong di coffee shop. Itu juga yang ternyata azzam rasain loh wkwkw. Gimana engga coba, sebelum nikah azzam kerja bisa sampek jam 10 baru cabut dari kantor yang artinya sampai rumah itu sekitar jam 11 karena rumahnya di pasar rebo.
Jadi, pas udah nikah kayak udah sama-sama tahu aja kebutuhan kita apa. Ternyata, menghabiskan waktu berdua di apartemen lebih indah daripada nongkrong atau pergi ke coffee shop huahahaha.
Ketiga, aku khawatir disuruh resign! HAHAHA
Sepele engga? Engga guys. Aku masih ingin berkarir. Dan perihal ini aku utarakan sama azzam bahwa aku masih ingin bekerja jadi jangan suruh aku buat resign dulu. Tanggapan azzam biasa saja malah terkesan tidak banyak berkomentar.
Intinya, aku berpikiran positif bahwa azzam tidak akan membuatku menjadi 'depresi' wkwkw. Meskipun sebenarnya pas sekarang udah kerja azzam selalu tanya, "Udah capek belum kerja?" dan sampai saat ini aku masih jawab, "Belum, mau beli mobil dulu wkwk," sambil becanda.
Kami memang sepakat untuk menjadikan kami berdua menjadi lebih baik. Aku bertanggung jawab terhadap dan begitupun sebaliknya. Sungguh, nikmat sekali loh menikah itu hehe.
Nah, aku share segitu dulu ya biar ringan dan engga jadi beban dibacanya.
No comments