Fanatisme Salah Kaprah : Tak Usah Jadi Suporter Jika Tak Pandai Gunakan Isi Kepala


www.kompasiana.com
Sepakbola itu mempersatuka rakyat Indonesia, itulah satu-satunya olahraga yang bisa menyerap penonton sampai ke kasta terbawah. Kini, ketika gegap gempita sepakbola dimana kita merayakan setiap kemenangan, nyatanya semua menjadi sirna ketika sekelompok orang mengatasnamakan fanatisme untuk membunuh nyawa orang lain.
Kemarin itu, gue ada di rumah, sumpah engga tahu menahu sebelum gegap gempita kemenangan persib ternyata diawali dengan salah satu tindakan kriminalitas dari salah satu oknum bobotoh yang menganiaya suporter Persija. Dan yang dianiaya sampai meninggal dunia, masya Allah itu otak ditaro didengkul apa yah? 

Kaget banget pasti. Tapi, lebih ke kesel gitu. Mbok ya otak dipake, fanatik boleh bego jangan. Nah ini orang-orang kemarin yang menganiaya itu begonya kebangetan, otaknya engga dipake. Mengatasnamakan fanatisme untuk menghilangkan nyawa orang, kan brengsek yah! Akhirnya, karena kejadian ini liga indonesia dihentikan, entah deh apa yang akan diterima oleh manajemen persib. Nah, kalau udah kayak gini siapa yang rugi? Banyak bro! Apalagi keluarga yang ditinggalkan, lo engga tahu kan semisal dia adalah tulang punggung keluarga? 

Please! Coba dipake otaknya sebentar, apa faedahnya lo bunuh orang sih? Untuk menjaga martabat Persib? Kagak bro, lo yang ada malu-maluin kita semua. Gue yakin kok, engga semua bobotoh atau viking memiliki definisi fanatik kayak lo. Tapi sekarang, ketika kejadian ini terjadi yang kena siapa? Kita semua! Bahkan orang Bandung yang engga tahu menahu tentang Persib dan sepakbola bisa jadi sasaran empuk ketika ke Jakarta karena plat nomor kendaraannya. Pernah mikir sampek situ engga? Engga yah karena otaknya engga dipake. 

 Lalu, mungkin akan ada yang berkata, "Dulu juga kan ada yang meninggal pendukung persib?", masya Allah bro, kalau lo masih bawa-bawa kejadian dulu berarti kita semua engga belajar. Udah tahu hal tersebut salah tapi masih aja dilakukan, coba dipake engga otaknya? Engga kan! Nah, sekarang ketika sudah terjadi semua pihak mengalami kerugian. Gara-gara lo yang fanatik tapi salah kaprah semua kena imbasnya. Pernah mikir sampek situ? 

Masya Allah sumpah kesel aja gitu. Gimana kalau yang disiksa adalah keluarga lo, adek laki-laki lo, atau abang lo, apa lo tega? Sebelum bertindak mbok ya dipikir dulu loh. Ketika sepakbola masih terus menelan korban, lebih baik engga ada tuh liga Indonesia. Dan masyarakat Indonesia jelas akan kehilangan satu-satunya hiburan mereka. 

Jakarta, 26 September 2018

No comments