Why I Uninstall Instagram?

 


 
Notes : Maybe saya hapus instagram untuk sementara, tapi tidak menutup kemungkinan untuk tidak memilikinya lagi. Honestly, lagi galau karena ada beberapa project yang menjadikan instagram sebagai sarana. Tapi, lebih jauh lagi bicara soal kehidupan saya secara pribadi ada beberapa hal yang tidak mentoleransi apa yang sudah terjadi dengan prasarana instagram ini. 

Sebenarnya, secara rutin sekitar 1 tahun ini saya sering uninstall instagram. Teman saya pernah bertanya, 

"Kenapa lo apus ig sih?"
"Ngabisin kuota," jawab saya simpel. 

Atau engga jawaban saya, 

"Biar agak sehat dikit."

Tapi sebenarnya, ada hal lain yang tidak hanya sekadar 'ngabisin kuota', karena jika bicara soal 'ngabisin kuota' saya yakin youtube lebih banyak menghabiskan kuota. Sebelum instagram, sudah sejak satu tahun lalu saya memutuskan berhenti untuk main path, lalu 2 tahun sebelumnya saya memutuskan untuk berhenti bermain twitter, hanya saja satu bulan terakhir saya kembali membuka twitter yang tidak lain untuk sarana promosi tulisan saya. 

Kita semua tahu, instagram sangat mempengaruhi kehidupan kita. Bahkan rasanya sangat gelisah jika lima menit saja tidak scroll instagram untuk kepo-in kehidupan orang lain. Saya sering mengernyitkan dahi ketika ada orang yang sedang duduk berdua, lalu dia memilih untuk buka instagram dan scroll sampai ke bawah. Mungkin bahkan sampai scroll update-an temannya dua hari yang lalu "Apakah kamu tidak ada kerjaan?"

Saya ingin sekali mengumpat, 

"Apakah dia tidak tahu cara menghargai?" 

Kemarin sahabat saya, mengirim whatsapp dan kami berdiskusi mengenai penyakit yang ditimbulkan akibat terlalu banyak melakukan surfing di dunia maya. Dia bercerita bahwa, dirinya mengalami sifat iri yang bahkan tidak bisa dia bendung sendiri ketika dia scroll instagram. Sehingga dia memutuskan untuk beristirahat dari instagram.

Hal itu pun sempat saya rasakan dan saya merasa ada yang tidak beres terhadap diri saya. Teman-teman, saya tidak melabeli bahwa menggunakan dunia maya tidak baik, hanya saja jika digunakan dengan bijak tentunya bisa membuat berguna yah. Sayangnya, kita tidak dapat berekspektasi kepada semua orang agar bijak, termasuk saya kepada diri saya sendiri.

Hanya saja, keputusan saya untuk beristirahat bukan karena itu. Ada hal lain yang membuat saya memutuskan menghapus instagram saya saat itu juga. Too much hurt dan saya merasa tidak sehat.

Hari ini saya kembali mencoba untuk download instagram karena didesak oleh tuntutan untuk promosi novel saya. Ternyata saya tidak bisa. Setelah melihat postingan satu orang di instastory, tidak sampai satu menit kemudian saya kembali uninstall instagram saya. Saya merasa penasaran, tapi sepertinya ketenangan bathin saya lebih sehat.

Mungkin besok, atau lusa, atau bulan depan jika hati saya sudah kembali siap saya akan kembali install instagram kembali.

Subang, 12 November 2017.

Sumber gambar : https://www.linkedin.com/pulse/how-prevent-social-media-from-making-you-unsocial-raja-jamalamadaka/

2 comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. tidak hanya instagram loh mba, fb dan wa juga. Selagi ada fitur storynya itu bisa menjadi sumber penyakit hati. hehehe. Tapi skrng ini saya berusaha untuk membatasinya contohnya, beberapa minggu ini aplikasi yg sering digunakan hanya wa dan twitter (Menurut saya keduanya lebih membuat saya merasa "tenang" :) ).Sempat terpikir mau menghapus ig dan fb, tetapi sy masih ragu utk menghapusnya, terkadang kita dituntut untuk membukanya. Mungkin sj ini karena tuntutan zaman, misl.utk update informasi yg "bermanfaat

    ReplyDelete