[CERPEN] Perempuan-Perempuan Penjaga Jarak

https://weheartit.com/entry/18797042

Suatu siang ketika orang-orang berhamburan dari ruangan kerjanya untuk mencari makan. Aku memutuskan untuk pergi sendiri menuju kantin di lantai 6. Sesampainya di kantin, aku memesan soto ayam dan es jeruk. Tiba-tiba, ketika aku tengah asyik memainkan handphone, ada seorang pria yang wajahnya memang tidak asing bagiku.

"Sendirian?" tanya Deri. 

"Sorry nih Der, tapi gue engga enak kalau makan berduaan," kataku.

Deri mengernyitkan dahi.

"Kenapa?" tanya Deri.

"Lo ajak satu orang lagi deh biar kita makan bertiga," kataku.

"Kenapa sih lo melakukan ini? Maksud gue, sering banget lo nolak untuk makan berdua dengan teman pria yang lain?"

Sesungguhnya, aku mulai merasakan ketidaknyamanan. Aku heran dengan perempuan yang bisa pergi berdua dengan laki-laki yang mungkin sudah memiliki pasangan. Beruntung saja, tiba-tiba datanglah Susan dan Ridho sehingga kami makan berempat. 

"Eh lo belum jawab pertanyaan gue," kata Deri. 

"Simpel sih, gue menghargai pasangan gue," kataku.

"Engga masuk logika gue," kata Deri.

"Gue engga maksa siapapun untuk paham dengan apa yang gue lakukan toh ini udah gue pilih. Tapi bukan berarti gue membatasi pergaulan gue yah."

"Ya, gue heran aja ketika perempuan-perempuan lain bisa gue ajak bebas pergi berdua cuma lo yang susah gue ajak."

"Sekarang, kalau lo punya pasangan, terus pasangan lo diajak jalan berdua sama orang lain lo mau emang?"

"Ya boleh-boleh aja kan temenan."

"Oke, tapi gue engga bisa. Rasanya gimana gitu ada perempuan lain misalnya yang buat pasangan gue tertawa."

"Ah lo lebay."

"Pernah lo bayangin ketika kita tidak memiliki keinginan untuk menjaga hati pasangan kita?"

"Engga pernah, engga ada kerjaan deh lo."

"Kita engga pernah tahu isi hati seseorang, kan?"

"Iya emang."

"Gue cuma belajar bagaimana menjaga jarak. Apalagi suatu saat nanti ketika gue sudah menikah. Gue engga mau lah lihat suami gue jalan berdua sama cewek lain apapun alasannya."

"Posesif banget."

"Ya kalau bareng-bareng sekantor engga masalah. Tapi, kalau sudah berdua?"

"Beruntung gue engga punya pacar kayak lo, bisa ribet hidup gue."

"Suatu saat lo mungkin bakal ngerasain gimana tidak dipeduliin sama pasangan lo sendiri. Gue sih mikirnya, gue melakukan ini karena gue peduli sama hati pasangan gue. Alay? Gue sih bodo amat apa kata orang."

"Tapi lo posesif kebangetan tau."

"Godaan itu banyak. Ketika kita udah ngasih batas, maka kita bisa meminimalisir itu. Lah, kalau lo engga ngasih batas, ya oon juga sih namanya. Engga ada barrier yang lo punya."

"Ah engga masuk di logika gue."

"Lo pikir, jatuh cinta pure soal logika?"

"Maksudnya?"

"Ya, lo bisa jelasin misalnya kenapa lo memilih si A padahal si B lebih baik?"

"Iya sih."

"Simpel aja, kenapa gue menjaga jarak sama pria lain, karena gue berharap pasangan gue pun akan jaga jarak dengan perempuan lain."

"Emang lo berani jamin cowok lo bisa kayak lo?"

"Gue cuma berdoa sama Tuhan, salah satunya pengen punya suami yang setia dan engga  ngajak cewek lain jalan atau ketemu berdua doang apapun alasannya. Gue yakin, cowok yang benar-benar sayang sama gue engga bakal nyakitin gue. Inilah yang bisa gue lakukan. "

"Jahat juga yah lo."

"Hahaha. Udah ah, gue mau balik lagi ke atas."

"Barenglah di liftnya," ledek Deri. 

(Bersambung)

No comments